Ritual selanjutnya adalah memanaskan mesin motor.
Menyiapkan helm, kacamata, penutup hidung, sarung tangan, dan jaket. Dan tidak
berapa lama, aku pun telah berada di jalan raya.
Aku melepaskan pandangan ke pengendara motor yang
perlahan menyesak di lampu merah. Dan kemudian aku berhenti mengutuk diri.
Dengan setengah berteriak, "Hey, aku tidak sendiri".
Cukup banyak pula warga Jakarta yang telah memulai
hari terlalu dini. Padahal dingin masih menggigit. Apalagi saat motor melaju
dengan cepat, maka kecepatan angin yang diterimanya berbanding lurus dengan
dinginnya angin yang diterima.
Lalu lintas pagi itu menyenangkan, terutama padat lalu
lintas yang jarang ditemui. Lengang, bahkan bisa dikatakan teramat sepi.
Setidaknya begitulah pengamatanku selama ini.
Motor ku pun bisa ku pacu hingga 60 KM/ Jam.