Meski fajar belum muncul, namun warga Desa Karangrejo sudah beraktivitas.
Aku melihat ada dua warga dengan jaket tebal dan topi kupluk berjaga di depan mulut jalan.
Salah satu dari mereka memberikan isyarat agar kami masuk ke jalan yang lebih kecil dengan lampu senternya.
Dari jalan yang dapat dilalui dua mobil, kami masuk ke jalan yang hanya bisa dilalui satu mobil. Kini, jika seorang warga memegang lampu senter, seorang warga lagi memegang handy talkie. Samar kudengar mengatakan ada mobil masuk kepada seorang warga lainnya di ujung jalan.
Dari mulut jalan itu, kami menyusuri jalan sekira 100 meter.
Dan jam 04:45 WIB, kami - aku, ibu, dan keponakan serta sopir - akhirnya tiba di gerbang masuk Punthuk Setumbu.
Sudah cukup ramai.
Sejumlah mobil sudah parkir.
Beberapa pengunjung pun sudah antri membeli tiket masuk - 15 ribu rupiah untuk wisatawan lokal, 30 ribu rupiah untuk wisatawan asing.
Dari gerbang masuk, kami harus berjalan sekira 300 meter untuk menuju pelataran Punthuk Setumbu untuk melihat pemandangan matahari terbit yang berbeda. Begitu slogan yang kubaca pada papan petunjuk dekat loket tiket.