17 - 28/ 9 - 2011 12D/11N @ Vietnam |
Friday, September 30, 2011
Monday, September 26, 2011
Menyapa Kabut Pagi di Sapa
Masih gelap dan masih berkabut. Dinginnya kota ini sudah langsung memelukku, serasa mengucap selamat datang. Tapi, bukan dengan cara ini yang ku inginkan. Ku hanya ingin secangkir kopi, atau teh, atau susu hangat untuk mengusir dingin.
Dan bagai turis berbajet banyak, ada seorang dari Sinh Tourist dengan papan nama menunggu ku di depan stasiun. Padahal, vietnam dong tersisa beberapa lembar saja. Tak terbersit pun membeli oleh-oleh.
Bersama dengan lainnya, kami kemudian masuk ke dalam minivan, menuju Sapa. Iyah, benar sekali, perjalanan belum berakhir atau bisa
dikatakan, belum tiba. Karena masih satu jam perjalanan lagi untuk menuju Sapa. Iya, satu jam lagi, ini benar. Ini nggak bohong. Aku sebenar-benarnya jujur, plus aku sebenar-benarnya masih kantuk.
Tak perlu menunggu lama, minivan ini pun langsung sesak. Aku duduk di sisi kiri pintu. Aku melempar senyum ke siapapun yang berada di dalamnya. Iya, dijawab senyum lainnya. Tetiba hati ini nggak sepi. Arrrrrgh aku serasa ingin berteriak senang telah berada di utara Vietnam.
Sunday, September 25, 2011
Sapa: Pergi Mencari Senyap
Sungguh aku tidak tahu akan kemana lagi. Padahal sudah hampir dua minggu aku berada di Vietnam, dan rasanya aku masih tidak ingin segera pulang ke Indonesia. Bukan karena uang saku masih banyak tersisa, dan bukan pula aku telah nyaman berlibur di Vietnam. Tapi, karena aku masih memiliki tiga hari sebelum jadwal terbang kembali ke tanah air.
Aku kemudian ngobrol bareng resepsionis hotel, sekedar minta saran tujuan wisata ku selanjutnya. Ia kemudian menyarankan aku untuk sedikit ke arah utara Vietnam, tepatnya ke Lao Cao. Lebih tepatnya ke Sapa. Sebuah kota kecil di utara Vietnam dimana bermukim suku pedalaman -Black H'Mong Tribe di desa Sin Chai.
Namun, perjalanan ke Sapa tidaklah sebentar. Sekira sembilan jam dengan kereta malam. Wew kereta malam, hal baru yang sebenarnya ragu untuk ku coba. Tapi, amat disayangkan kalau tiga hari ke depan aku hanya berada di Hanoi. Mmmmm, okelah.
Pada akhirnya aku membulatkan tekad untuk ke Sapa.
Aku kemudian ngobrol bareng resepsionis hotel, sekedar minta saran tujuan wisata ku selanjutnya. Ia kemudian menyarankan aku untuk sedikit ke arah utara Vietnam, tepatnya ke Lao Cao. Lebih tepatnya ke Sapa. Sebuah kota kecil di utara Vietnam dimana bermukim suku pedalaman -Black H'Mong Tribe di desa Sin Chai.
Namun, perjalanan ke Sapa tidaklah sebentar. Sekira sembilan jam dengan kereta malam. Wew kereta malam, hal baru yang sebenarnya ragu untuk ku coba. Tapi, amat disayangkan kalau tiga hari ke depan aku hanya berada di Hanoi. Mmmmm, okelah.
Pada akhirnya aku membulatkan tekad untuk ke Sapa.
Friday, September 23, 2011
Thursday, September 22, 2011
Wednesday, September 21, 2011
Separuh Hari Jelajah Saigon
Cukup aneh sebenarnya menurutku, tiga hari di Ho Chi Minh, tapi tidak pernah sempat merasakan suasana kota yang sesungguhnya. Sejak tiba sabtu malam, Tien langsung mengantarku ke travel dan booking perjalanan selama di kota ini. Dan di hari selanjutnya, aku sudah terjadwal untuk ikut tour ini dan itu. Pulang tour sore, justru aku lebih memilih untuk tinggal di penginapan, atau sekedar cari makan yang tidak jauh. Paling hanya sekitar jalan De Tham street atau perempatan jalan, menyusuri blok, ke perempatan jalan lagi.
Hingga berakhir di kedai kecil, biasa aku pesan macaroni dan nasi goreng plus ayam goreng. Nongkrong dengan waktu yang tidak terlampau lama. Bukan karena tidak nyaman, tapi, lebih karena cuaca di Ho Chi Minh saat aku berada di sana tidak bersahabat. Gerimis, yang kadang disertai dengan hujan deras. Kondisi hujan ini yang kemudian membatalkan perjalananku dengan Daisuke ke Pecinan usai dari Mekong.
Kedai ini rasanya yang paling pas dengan lidahku. Kecil banget tempatnya. Hanya ada 4 bangku pendek, dan meja yang selevel. Menu yang ditawarkan pun juga hanya macaroni dan nasi aja. Plus pemilik yang tidak bisa berbahasa inggris.
Kedai ini rasanya yang paling pas dengan lidahku. Kecil banget tempatnya. Hanya ada 4 bangku pendek, dan meja yang selevel. Menu yang ditawarkan pun juga hanya macaroni dan nasi aja. Plus pemilik yang tidak bisa berbahasa inggris.
Telusur Delta Sungai Mekong
Yeaaaaaa bangun kepagian lagi dan disambut dengan kegalauan. Terlalu banyak yang dipikirkan, apa yang bisa aku lakukan. Dan apa yang terjadi di hari ini? Tarik nafas panjang aja dulu. Sebelum akhirnya beranjak untuk sholat. Adem pikiran untuk kemudian lanjut untuk tidur, berusaha untuk tidur tepatnya. Dan bangun sebelum alarm membangunkan aku.
Okey, hari ini jadwal tour berikutnya adalah Mekong Delta Full Day Trip. Terdengar amat sangat menyenangkan? Yeaaaa
Seperti biasa, pagi di kantor TheSinhTourist sudah banyak peserta tour yang datang. Bus sendiri dijadwalkan berangkat jam setengah sembilan. Dan, aku kemudian bertemu dengan Stepensen. Turis asal Malaysia. Nggak tahu nih orang seru sendiri pas liat aku, mungkin senang aja kali yah, ketemu lagi di rombongan tour yang sama. Dia sendiri bersama 3 teman lannya.
Berusaha cari anggota group lainnya untuk diajak ngobrol, aku kemudian merapat ke seorang Jepang, yang kemudian ku ketahui bernama Daisuke, #solotraveller juga.
Okey, hari ini jadwal tour berikutnya adalah Mekong Delta Full Day Trip. Terdengar amat sangat menyenangkan? Yeaaaa
Seperti biasa, pagi di kantor TheSinhTourist sudah banyak peserta tour yang datang. Bus sendiri dijadwalkan berangkat jam setengah sembilan. Dan, aku kemudian bertemu dengan Stepensen. Turis asal Malaysia. Nggak tahu nih orang seru sendiri pas liat aku, mungkin senang aja kali yah, ketemu lagi di rombongan tour yang sama. Dia sendiri bersama 3 teman lannya.
Berusaha cari anggota group lainnya untuk diajak ngobrol, aku kemudian merapat ke seorang Jepang, yang kemudian ku ketahui bernama Daisuke, #solotraveller juga.
Tuesday, September 20, 2011
Separuh Hari di Cu Chi Tunnel
Lagi, bangun terlalu pagi, padahal semalamnya pun juga ngga tidur
lebih awal. Leyeh-leyeh di atas tempat tidur nggak jelas. Baru setengah
jam kemudian alarm berbunyi. *tepokjidat
Mungkin akunya yang terlalu antusias dengan perjalanan ini, jadinya pikiran terus menerawang, sementara daya tahan fisik dipaksakan. Ini nggak bagus. *pecut
Ya paling aku mengonsumsi vitamin, juz, dan minum banyak air. Kalau karbohidrat? Mmmmm berharap aku kurusan dalam 11 hari ini, karena fisik dipacu terus. Mahal ya, boooow mau kurus aja kudu jalan-jalan.
7:45 aku sudah berada di kantor TheSinhTourist di De Tham Street, dari tempatku menginap, hanya 5 menit berjalan kaki.
Mungkin akunya yang terlalu antusias dengan perjalanan ini, jadinya pikiran terus menerawang, sementara daya tahan fisik dipaksakan. Ini nggak bagus. *pecut
Ya paling aku mengonsumsi vitamin, juz, dan minum banyak air. Kalau karbohidrat? Mmmmm berharap aku kurusan dalam 11 hari ini, karena fisik dipacu terus. Mahal ya, boooow mau kurus aja kudu jalan-jalan.
7:45 aku sudah berada di kantor TheSinhTourist di De Tham Street, dari tempatku menginap, hanya 5 menit berjalan kaki.
Dua Minggu di Vietnam
17/09 Jam 4 pagi aku sudah beranjak bangun. Ini di luar kebiasaanku. Dan
ini sudah terjadi sejak 3 hari lalu. Tapi dini hari itu, rasanya lebih
parah. Aku sudah coba lagi pejamkan mata, tapi nggak berhasil. Aku
akui memang, aku mengalami yang namanya....nggak tahu deh istilah apa.
'Kata' itu pun baru aku temui beberapa jam kemudian, itu pun dalam
usaha untuk tidur yang kembali gagal.
Perjalanan #solotraveller ku kali ini memang teramat menguras pikiran. Galau? Yes tentu. Dan pada saat terbangun itu lah, sempat kepikiran untuk membatalkannya. Atau paling tidak memangkas waktu perjalanan, dari 11 hari menjadi 4 hari saja. Cukup di Saigon, tidak perlu lagi lanjutkan ke Hanoi.
Pikiran-pikiran itu yang terus menggangguku. Namun, sisi pikiranku lainnya berkata, perjalanan ini harus diteruskan. Jadilah perang bathin, dan sukses deh, aku tidak tidur. Semua pikiran-pikiran pesimis itu, pada akhirnya ku coba untuk menyiasatinya dengan pikiran positif. Cukup lama berpikir, bergulat dalam lamunan, dan pikiran yang tidak menentu. Disuruh untuk tidur lagi pun, aku sudah. Tapi, tidak berhasil untuk pejamkan mata. Dan selama 3 jam selanjutnya, aku hanya tetap berada di tempat tidur, tidak beranjak, dengan pikiran yang....
Homesick!
Perjalanan #solotraveller ku kali ini memang teramat menguras pikiran. Galau? Yes tentu. Dan pada saat terbangun itu lah, sempat kepikiran untuk membatalkannya. Atau paling tidak memangkas waktu perjalanan, dari 11 hari menjadi 4 hari saja. Cukup di Saigon, tidak perlu lagi lanjutkan ke Hanoi.
Pikiran-pikiran itu yang terus menggangguku. Namun, sisi pikiranku lainnya berkata, perjalanan ini harus diteruskan. Jadilah perang bathin, dan sukses deh, aku tidak tidur. Semua pikiran-pikiran pesimis itu, pada akhirnya ku coba untuk menyiasatinya dengan pikiran positif. Cukup lama berpikir, bergulat dalam lamunan, dan pikiran yang tidak menentu. Disuruh untuk tidur lagi pun, aku sudah. Tapi, tidak berhasil untuk pejamkan mata. Dan selama 3 jam selanjutnya, aku hanya tetap berada di tempat tidur, tidak beranjak, dengan pikiran yang....
Homesick!
Saturday, September 10, 2011
Karena tak Sepantasnya
jiwa ini tak tenang, saat diam mu mengusikku
dan jika kau butuh waktu
maka biar ku katakan, tak pantas ini kau lakukan
terlebih karena seharusnya kau sadari
kita juga ingin tak ingin tanpa jiwa
tapi, jika kau paksakan diam mu,
maka biar ku katakan, aku tak cukup pintar
pahami kebosanan yang mengharuskan kamu tak tenangi jiwaku
dan karena kelaku mu sungguh tak perlu
karena apapun kamu, namun ku maafkan mu
dan jika kau butuh waktu
maka biar ku katakan, tak pantas ini kau lakukan
terlebih karena seharusnya kau sadari
kita juga ingin tak ingin tanpa jiwa
tapi, jika kau paksakan diam mu,
maka biar ku katakan, aku tak cukup pintar
pahami kebosanan yang mengharuskan kamu tak tenangi jiwaku
dan karena kelaku mu sungguh tak perlu
karena apapun kamu, namun ku maafkan mu
Subscribe to:
Posts (Atom)