Sempat membayangkan cerita orang tua dulu, kalau Padang Arafah itu tandus, kering, dan panas. Tak ada pohon untuk berteduh. Kemudian membayangkan saat jemaah haji dahulu wukuf hanya berlindung pada tenda yang hanya dipasangan pada saat musim haji saja. Pasti panas.
Namun, ternyata Padang Arafah kini sudah menghijau.
Teduh, begitu kesanku saat mobil yang kutumpangi mulai masuk ke kawasan seluas 5,5 x 3,5 kilometer ini.
Di tengah terik matahari Padang Arafah ternyata banyak berjajar pohon - pohon perimbun. Pohon ini yang kemudian ku ketahui bernama Pohon Soekarno. Mengambil jalan memutar dan diajak berkeliling terlebih dahulu membawa keberuntungan bagiku. Dengan begitu, aku mendapat kesempatan lebih banyak melihat hijaunya Padang Arafah. Baik itu tiap sudut jalan, tepian jalan, atau di dalam area tenda jemaah haji juga tertanam Pohon Soekarno.
Iya, ada Soekarno di Padang Arafah.
Bertanya kepada petugas haji yang telah berpengalaman mengatakan, dinamakan Pohon Soekarno, karena memang beliaulah yang menggagas penghijauan di Padang Arafah sekaligus memilih jenis tan aman. Karena ide menghijaukan Padang Arafah berhasil, maka sebagai ucapan terima kasih, Raja Fahd mengabadikan nama 'Pohon Soekarno' untuk pohon - pohon yang telah menghijaukan kawasan di Arafah ini.
Bagi masyarakat Jawa dan Bali, pohon ini disebut pohon Imba atau Mimba. Namun, di daerah lain, seperti Madura disebut Membha atau Mempheuh. Bagi orang Arab sendiri disebut Syajaroh Soekarno atau pohon Soekarno.
Dipilihnya pohon ini untuk ditanam di Arafah karena pohon ini dikenal sangat tahan hidup di daerah tandus, bahkan dalam suhu yang panas sekalipun. Daunnya pun berkhasiat untuk mengobati diare.
Dan sekarang, jemaah haji Indonesia dan negara lain telah merasakan manfaat keberadaan Pohon Soekarno di Arafah. Area pemondokan sementara selama wukuf telah rindang dan hijau.
Aku pun sangat senang berada di sini. Tidak sekedar merasakan 'warisan' Soekarno di Arafah, tapi juga dapat melaksanakan wukuf di tengah hamparan Pohon Soekarno.
No comments:
Post a Comment