Suhu di Madinah masih di kisaran 43 derajat celcius. Lebih memilih berada di dalam kamar adalah hal yang paling benar dalam hidup, daripada menyengajakan tubuh di jemur di terik matahari. Iya, meski
masih belum beranjak siang, namun panasnya sudah sangat menyengat. Kemarin saja, baru keluar dari kamar berpenyejuk ruangan, angin panas langsung menampar muka.
Tapi, demi melihat sebuah fenomena alam, aku mau saja ikut ajakan teman-teman. Dan sudah menyiapkan sebungkus besar mental untuk hadapi sengatan matahari di ruang terbuka di Jabal Magnet.
Memang kurang afdol kalau ke Madinah tanpa melipir ke Jabal Magnet. Padahal, lokasi ini bukanlah wisata sejarah atau religi bagi jemaah haji atau umroh. Namun, begitu tetap saja ini menjadi lokasi favorit. Lokasi ini bahkan sempat ditutup pada waktu-waktu tertentu. Sekedar menghindari hal - hal yang di luar keyakinan. Buat aku, justru lokasi ini menarik. Bukan karena begitu populernya, tapi karena ingin bukti, bener nggak sih, kata banyak orang kalau mobil bisa bergerak tanpa diinjak pedal gasnya?
Well, sekira satu jam kemudian, kami tiba di Jabal Magnet atau Magnetik Hill atau Gunung Magnet di Madinah, Arab Saudi. Lokasinya sekira 60 kilometer dari Madinah.
Perjalanan ke lokasi cukup sepi, karena kebetulan kami berangkat akan siang. Kalau pagi banyak yang berkunjung ke lokasi ini, karena ingin menghindari panas matahari. Jalan mulus sepanjang perjalanan mestinya bisa membuai untuk terlelap. Hembusan pending ruangan mobil mestinya faktor pendukung tidur. Tapi, sayang kalau dilewatkan begitu saja pemandangan sepanjang perjalanan ini. Memang hanya hamparan pasir, dan perbuktian yang sambung menyambung, serta pohon perdu gorbot yang mengering - tidak lebih. Tapi, justru itu yang berkesan di mata. Ini keren.
Sekeren kejadian saat Pak Ridwan - sopir kami - membuktikan cerita banyak orang jika mobil bisa melaju meski pedal gas tidak ditekan. Tidak puas merasakan langsung di dalam mobil, kami pun turun.
Sebenarnya agak 'iseng' juga, sih. Karena di lokasi hanya kami saja ber delapan, plus 3 orang penyapu jalan. Sepi. Sepi banget. Hanya sesekali mobil yang melintas, pun bus bermuatan. Tapi, hanya sekedar melintas. Kemudian sepi lagi.
Ada, sih, mobil berpenumpang yang melambatkan lajunya, lalu melaju cepat lagi. Itu saja.
Tidak lama kami berada di lokasi percobaan pertama. Kami lalu melanjutkan perjalan hingga ke ujung jalan. Di sebut ujung jalan, karena di hadapan kami berdiri tegak bukit batu, pun di sekelilingnya. Kemudian ada jalan aspal memutar yang di tengahnya hanya hamparan lahan kosong.
Jabal Magnet awalnya ditemukan oleh suku Baduy. Konon, seorang warganya menghentikan mobil dan keluar untuk buang air kecil. Tapi, gegara lupa dengan rem tangannya, mobil itu melaju sendiri dan berhenti karena adanya tumpukan pasir di tepi jalan. Sejak itu, fenomena di Jabal Magnet sendiri menjadi tersohor.
Tapi, benarkah Jabal Magnet memiliki magnet yang bisa nenarik mobil atau bahkan bus? Mengutip dari pengamatan geologis, fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan dengan logika. Karena Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua berupa endapan lava alkali basa. Lainnya beranggapan jika fenomena ini hanyalah faktor ilusi dari kondisi alam sekeliling. Karena sebenarnya, jalan menanjak itu nyatanya adalah jalan yang menurun.
No comments:
Post a Comment