Perjalanan menuju Pantai Pulau Merah terhenti di sebuah persimpangan jalan di Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Ini kali keduanya kami berhenti sejak perjalanan dimulai sekira pukul sepuluh pagi. Yang pertama sekedar melepas lelah akibat perjalanan panjang dari Banyuwangi kota di sebuah minimarket. Padahal baru seperempat perjalanan. Tapi, dengan bermotor, bokong rasanya cukup tersiksa duduk di jok belakang selama 30-an menit.
Namun, perhentian kali kedua ini, tidak hanya sekedar melepas lelah. Tapi, sekaligus mampir ke Kawasan Perhutani di Desa Benculuk, Kecamata Cluring.
Jonathan menetapi janjinya untuk mengajakku ke lokasi yang saat ini sedang banyak diperbincangkan anak anak muda Banyuwangi - Jawatan. Jawatan adalah kawasan hutan kecil milik perhutani setempat. Ia merekomendasikanku untuk singgah saat aku berada di Banyuwangi.
Beberapa hari sebelumnya ia memang telah memberikanku sejumlah foto yang diposting dari Instagram tentang lokasi ini. Dan banyak foto yang membuatku kemudian mengiyakan untuk segera berada di lokasi ini. Meminjam istilah saat ini, Jawatan ini adalah lokasi yang Instagramable.
Setelah menempuh perjalanan sekira 35 kilometer dari Banyuwangi Kota, tibalah kami di Kawasan Jawatan. Masuk ke lokasi ini tidak begitu jauh dari jalan utama. Ku pikir setelah itu aku akan temui bangunan semacam loket tiket. Namun, nyatanya tidak ada bangunan yang dikhusukan untuk membeli tiket masuk, pun tidak ada lahan parkir khusus. Apalagi petugas parkir. Yang ada hanya kantor perhutani di sisi kanan dan kiri jalan masuk kawasan ini.
Memang sejatinya, Jawatan ini bukanlah sebuah lokasi wisata. Hanya saja ada kelebihan di kawasan ini yang menjadi magnet bagi warga lokal maupun mereka yang penasaran dengan kawasan ini. Apalagi kalau bukan Pohon Trembesi.
Puluhan Pohon Trembesi di sini menyesaki kawasan seluas 12 hektar. Deretan Pohon Trembesi yang tumbuh teratur dan beratur jarak satu sama lain ini tumbuh teramat rindang. Tiap masing-masing batang pohon ditumbuhi benalu sejenis tumbuhan paku-pakuan. Cukup tua usia Pohon Trembesi ini, karena telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Informasi itu yang ku tangkap dari perbincangan singkat dengan polisi hutan yang kami temui di pintu masuk.
Tidak hanya sekedar berdiameter cukup besar, namun dahan pada bagian atasnya saling bersinggungan dengan pohon trembesi di sebelahnya, sehingga membentuk semacam payung raksasa.
Jadi, tidak heran, meski tiba jelang tengah hari, namun kami tidak merasa kepanasan dari terik matahari. Hanya sesekali saja sinar matahari menembus ranting dan pohon dan sinarnya jatuh langsung ke tanah yang basah dan becek. Itu pun jika angin cukup kuat bertiup di antara ranting-ranting pohon. Selebihnya kawasan ini sangat teduh.
Kehadiran turis lokal semacam kami seperti sudah biasa oleh para pegawai perhutani atau warga lokal sekitar. Kami ada di tengah-tengah kesibukan mereka mengakut kayu ke atas truk dari tumpukannya yang tersebar di Jawatan. Bahkan tidak jarang pegawai perhutani membawa meteran untuk mengukur diameter kayu dengan sejumlah lembaran kertas berisi data jenis kayu. Seakan tidak merasa terganggu, sementara pengunjung asik berfoto-foto. Meski begitu, kesopanan tetap harus dijaga. Apalagi jika berpapasan dengan warga lokal. Pohon Trembesi berukuran besar yang tumbuh di lahan milik Perhutani Selatan ini, bisa dijadikan tujuan wisata gratis saat berada di Banyuwangi. Meski gratis, tapi kita bisa membayar kebaikan dari keindahan Jawatan ini dengan menjaga kelestariannya. Jangan buang sampah sembarangan dan tanpa vandalisme. Oke sip!
No comments:
Post a Comment