Matahari belum terlalu tinggi, pun belum terlihat jelas karena masih sembunyi di balik awan di ufuk timur. Pagi ini aku tak dapat pemandangan matahari terbenam dari ujung tebing Kebun Buah Mangunan. Aku pun meninggalkan kawasan ini, sementara pengunjung masih terus berdatangan.
Tujuanku selanjutnya adalah Hutan Pinus Mangunan.
Lokasi Hutan Pinus Mangunan dengan Kebun Buah Mangunan tidaklah seberapa jauh. Untuk itu aku putuskan untuk lanjutkan saja wisata pagi di Desa Mangunan ini. Lagipula suasana cukup menyenangkan. Tidak seberapa ramai. Sedikit lapar memang, tapi aku putuskan untuk menuntaskan perjalanan wisata di desa ini hingga jam setengah sembilan pagi. Dan selanjutnya aku akan menuju Pasir Gumuk Parangkusumo - rute berikutnya.
Tidak sulit mencari jalan menuju Hutan Pinus Mangunan. Dari pintu keluar Kebun Buah aku belok ke kiri dan susuri jalan hingga ke jalan besar. Kemudian kembali belok ke kanan dan ikutin jalan besar hingga masuk kawasan Hutan Pinus.
Sebenarnya jalan masuk ke Hutan Pinus sudah aku lewati saat menuju Mangunan. Tapi, aku putuskan untuk menunda singgah hingga esok pagi, yang berarti hari ini. Iya, sih, aku sempat menimbang-nimbang untuk singgah saja sejenak. Tapi, dan tapi lagi, badanku rasanya sudah sangat lelah kemarin.
Yang jelas sepagi ini sudah banyak motor diparkir di Hutan Pinus Mangunan. Sudah cukup ramai.
Aku pun beringsut masuk mencari cara senang sendiri di antara ramainya pengunjung di antara pohon-pohon pinus yang berdiri rapat.
Kesan lembab adalah kesan pertama yang ku tangkap ketika kali pertama menginjakkan kaki di hutan pinus ini. Maklum saja, sepagian ini matahari belum sukses menembus hingga ke tanah. Sinarnya belum cukup kuat mengangkat genangan air sisa hujan semalam. Sinarnya hanya mampu menyelip di sela sela batang pohon, berkesan siluet. Ah, keren. Tidak heran kalau belakangan lokasi ini kian populer saja disambangi. Padahal dulunya berfungsi sebagai hutan lindung dan menjadi bagian dari kawasan Resort Pengelolaan Hutan Mangunan dengan jenis Pinus Merkussi.
Kini, hutan seluas kurang lebih 500 hektar ini tidak hanya berfungsi sebagai hutan lindung, namun juga dikelola sebagai salah satu tujuan wisata.
Sementara pengunjung lain asik sendiri dengan peralatan foto dan mengatur gaya, aku cukup menikmati pola tingkah mereka - bercengkrama satu sama lain. Menunggu giliran menggunakan bangku atau ayunan yang tersedia di lokasi. Atau bersabar naik ke gardu pandang. Tidak bersisa pemandangan di lokasi ini. Suasananya yang aku suka - eksotik.
Merebah tubuh di lantai bambu pada sebuah gardu pandang. Menatap searah pohon pinus menjulang ke atas. Semua indah momen ini tersedia gratis. Cukup dengan bayar parkir motor Rp. 2000,- saja.
No comments:
Post a Comment