TouchDown @ Penang International Airport. Masih dalam rehab. Berantakan.
Cuek. Rrrrrrrg bingung. Yang penting keluar aja dulu dari Bandara and
cari bus ke pusat kota.
Ada satu bus yang memang tersedia dari Bandara ke pusat kota, sebut saja Komtar, dan cuma ada satu trayek bus, dengan frekuensi kedatangan yang nggak perlu harus nunggu lama. Perjalanan dari Bandara ke Komtar, dengan Rapid Penang
kurang lebih 30-an menit. Jangan anggap lama yah, coz, perjalanan ke
pusat kota ini bisa dikatakan cukup menyenangkan, karena sekaligus bisa
merasakan Penang lebih awal.
Turun di Komtar, selanjutnya? Kalau aku
tidak segera menyiasati kelelahan dan perja
Lagi,
untungnya aku segera menyiasati pikiran aku, agar aku juga tidak lelah
hati. Makanya, meski kesasar, dan tanya sana sini, aku tetap
menikmatinya, travel shot sambil foto-foto, karena belum tentu aku akan
melewati jalan yang sama ke esokan harinya. Betul, kan?
Dan seperti
menemukan harta karun, ketika Chilua Street ada di depan mataku.
Yihaaaaaaaa. Ugh, ternyata, Komtar dan jalan ini, kalau ditarik garis
lurus, tidaklah harus mutar-mutar. *tepokjidat
Untunglah, proses
selanjutnya menemukan hostel, bukanlah pekerjaan yang meletihkan.
Berbelok ke arah kiri, mencari Seven Eleven, dan got it. Yup, posisinya
memang berhadapan dengan minimarket itu. Alhamdulillah.
Lebih beruntung lagi, pengelolanya baik banget dan super ramah. Kami sempat ngobrol
pada saat ceck-in. Dia tahu banyak tentang Indonesia terutama kejayaan
Indonesia di Bulutangkis, dulu. Bahkan dia tahu banyak pula tentang
taipan-taipan Indonesia di jamannya hingga sekarang. Satu komentar yang
aku masih ingat hingga sekarang adalah, "Indonesia saat ini bulu tangkisnya parah. Lebih maju pada saat Rudi Hartono". Aku yang mendengarnya langsung tiba-tiba kalem.
Proses
administrasi selesai, aku pun menanyakan transportasi di Penang. Tanpa
aku duga, bapak paru baya itu mengeluarkan peta kota Penang, dan
menunjukkan, bahkan mencatat bus yang melintas di depan hostel ini. He
is nice. Adem dah batinku kalau ketemu dengan orang-orang baik saat diri
sedang susah. Meski hanya senyum kecil pun cukup berarti.
Saat itu aku menanyakan arah tujuan ke Pantai Batu Feringghi. Kenapa pantai? Entah.
Aku
drop saat lihat kondisi kamar yang di luar harapan ku. Cuma narik nafas
dalam-daaaaaalam, dan yang kepikiran pada saat itu adalah segera keluar
kamar dan mencari hiburan dengan berjalan-jalan.
Yup, memang amat tidak masuk akal, ke pantai sore-sore. Karena untuk mencapai tujuan saja, itu perlu waktu. Tapi, yang ada dipikiranku, harus keluar, segera setelah meletakkan barang-barang.
Baru saja aku merasa senang, jiwa ini kemudian dibanting lagi, keras-keras.
Maunya
menjerit. Sedih. Aku nggak perlu lah, mendeskripsikan bagaimana kondisi
kamar aku, plus kondisi lantai bawah yang dijadikan bar.
Tapi, ya
sudah, aku nggak mau larut bete. Lagi-lagi, aku menyiasati pikiranku
dengan mengatakan, ke Penang bukan untuk tidur, tapi untuk jalan-jalan.
Dan kalau nggak mau lama-lama di kamar, yah, habiskan waktu berlama-lama
di luar. Balik ke hostel, hanya untuk tidur, dan charge handphone,
i-pod, n kamera digital. Selebihnya, biar kota dengan caranya sendiri
menghibur aku.
lanan tanpa arah menuju
hostel, mungkin aku sudah gila.
ungkin aku sudah gila. Aku nggak tahu arah mata angin, dan
kemana arah menuju Chilua Street, lokasi hostel ku berada, Day and Night
Guesthouse. Oke, aku sudah memegang peta memang, tapi, jika arah mata
angin saja tidak diketahui, bagaimana aku bisa menuju guesthouse. Hey,
aku sudah teramat lapar pula ketika itu, ditambah dengan kelelahan.
No comments:
Post a Comment