Berlatar Gunung Parang |
Pada Sabtu pagi itu, Bus 'Warga Baru' membawa kami bertiga menuju Purwakarta. Menuju lokasi wisata kami, Via Ferrata, Gunung Parang, Purwakarta, Jawa Barat. Rencana ke lokasi ini tercetus sejak 2 bulan lalu. Lantaran tidak memungkinkan untuk bepergian seorangan diri, maka aku mengajak dua teman kantor yang memang ku amat-amati suka dengan olahraga outdoor - macam panjat tebing ini.
Namun, ini merupakan pengalaman yang pertama bagi ku. Dan rasanya menyenangkan saja mencoba sesuatu yang baru - Panjat Tebing. Kedatangan kami sudah diantisipasi Kang Afin. Kang Afin menyapa begitu kami tiba di Badega Gunung Parang, tepatnya di Desa Cirangkong. Karena, memang kami telah berkorespondensi via surel dan Watsap. Sehingga begitu kami tiba tidak direpotkan lagi untuk urus ini dan itu. Tidak banyak hal administrasi yang harus kami selesaikan. Hanya berupa formulir berisi keperluan yang kami butuhkan. Dan karena jadwal panjat tebingnya baru keesokan pagi, maka kami memilih untuk softtreking di sekitar
Beda dengan Wansky dan Depe yang cukup bersahabat dengan olahraga outdoor, aku justru banyak berpikir, "lanjut?". Apalagi mereka memilih untuk panjat hingga ketinggian 400 meter. Aku? 100 meter saja belum tentu mau. Dan, yang terjadi maka terjadilah. Namun, ini merupakan pengalaman yang pertama bagi ku. Dan rasanya menyenangkan saja mencoba sesuatu yang baru - Panjat Tebing. Kedatangan kami sudah diantisipasi Kang Afin. Kang Afin menyapa begitu kami tiba di Badega Gunung Parang, tepatnya di Desa Cirangkong. Karena, memang kami telah berkorespondensi via surel dan Watsap. Sehingga begitu kami tiba tidak direpotkan lagi untuk urus ini dan itu. Tidak banyak hal administrasi yang harus kami selesaikan. Hanya berupa formulir berisi keperluan yang kami butuhkan. Dan karena jadwal panjat tebingnya baru keesokan pagi, maka kami memilih untuk softtreking di sekitar