Monday, September 22, 2014

Lukisan Lontar dari Desa Tenganan

Lukisan Pulau Bali di Atas Daun Lontar
Melangkahkan kaki masuk ke Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, sudah ditemukan sejumlah warga yang menjual banyak kerajinan. Salah satunya adalah Komang.
Siang itu Komang masih harus menyelesaikan lukisan yang ia buat di atas daun lontar untuk ia jual. Ada beberapa goretan yang tersisa untuk menyempurnakan lukisan  yang telah ia mulai beberapa hari lalu. Lukisan untuk sebuah pembatas buku. Komang menjadi salah satu dari belasan warga desa yang masih menekuni kerajinan melukis di atas daun lontar. Tidak jauh dari lokasinya berseni, ada sejumlah warga lainnya yang berprofesi sama seperti Komang.
Aneka suvenir berupa kerajinan tangan memang dijual di desa ini. Sebut saja seruling bambu ukir khas Bali, dan kerajinan tenun gringsing yang terkenal itu, serta lukisan daun lontar.
Kebanyakan turis yang datang ke Desa Tenganan memang mencari lukisan ini. Sehingga keahlian berbahasa di luar bahasa inggris ternyata menjadi keharusan. Jadi, tidak heran, sejumlah pelukis memiliki kemampuan komunikasi lebih dari dua bahasa, begitu pun dengan Komang.
Daun Lontar Siap Lukis
Kecakapan berbahasa ini mereka gunakan untuk menjelaskan sejarah penggunaan daun lontar, tema lukisan, dan juga tentunya negosiasi harga.
Pembatas Buku
Karena lebih banyak turis mancanegara yang datang, maka objek lukisan pun disesuaikan, pun dengan bahasa yang digunakan di dalam lukisan. Misalnya saja, sebuah kalender dilengkapi penamaan bulan dalam bahasa Perancis dan juga Inggris.
Untuk membuat lukisan berukuran besar, maka disusunlah beberapa daun lontar sesuai kebutuhan. Kemudian disambung-sambungkan dengan tali dan penutupnya dari bambu yang juga telah diukir.
Komang Pelukis Daun Lontar
Meski jaman telah menggeser manfaat melukis di atas daun lontar, namun tradisi melukis di atas daun lontar seakan tidak punah di desa ini,
Kemiri Bakar untuk Tinta
Dulu lontar berisi tulisan mantra. Namun, lukisan lontar menjadi seni kerajinan tangan untuk kebutuhan cinderamata para turis. Setidaknya keahlian ini bisa memenuhi kebutuhan ekonomi warga setempat.
Berbicara soal harga, pada titik ini aku tidak berani menawar. Selain karena tidak bawa banyak uang cukup, aku pun tidak berani menawar. karena hasil karya seni mereka memang tidak bisa sembarang ditawar. Cara melukis mereka begitu rumit dan detail. Apalagi mendapatkan daun lontar yang layak dijadikan media lukis pun butuh proses lama. Sebagai ilustrasi harga pembatas buku berharga enampuluh ribu rupiah.
Kalender Berbahasa Perancis
Desa Tenganan sendiri adalah Desa Bali Asli yang dikenal sebagai Bali Age, dimana masyarakatnya taat pada peraturan dan adat istiadat.
Cara Melukis:
Alat Lukis Bernama Pengutik 
1. Untuk melukis di atas daun lontar dibutuhkan daun lontar tua yang tidak memiliki gelombang yang disebut dengan lempir. 
2. Dibutuhkan alat seperti pisau bernama pengutik.
3. Tinta hitam berasal dari kemiri yang telah dibakar.
4. Minyak sereh untuk menghapus sisa tinta di atas lontar agar lebih mengkilap dan bebas serangan serangga.

No comments:

Post a Comment