Friday, January 30, 2015

Tonle Sap Lake: Wisata Kampung Terapung di Siem Reap

Penjual Sayur Keliling - RB
"Selamat datang di Tonle Sap Lake"
Begitu tulisan yang terpampang di pintu masuk salah satu lokasi ekowisata di Siem Reap. Bagi yang melakukan perjalanan seorang diri, maka satu satunya cara mencapai lokasi ini adalah dengan naik Remork atau Tuk Tuk. Tonle Sap Lake atau Danau Tonle Sap ini sendiri berjarak sekira 20 km dari pusat kota atau 25 menit perjalanan. Wisatawan biasanya berada di danau ini untuk mengunjungi kampung terapung.
Jika ingin melakukan tur keliling Danau, wisatawan harus membeli tiket seharga 25 dolar per orang. Tiket ini tersedia di loket masuk pelabuhan.
Aku beruntung berkunjung ke Danau Tonle Sap dengan ditemani warga lokal yang ku kenal di perkampungan muslim Stengmai. Ia juga yang mengantarku ke danau ini dengan motor miliknya. Sehingga aku tidak perlu membayar penuh untuk berdua, sudah termasuk harga sewa perahu.

Thursday, January 29, 2015

Eksotiknya Candi Ta Prohm

Jika dibandingkan dengan Angkor Wat, Bayon Wat, dan candi lainnya yang berada di Kompleks Angkor Archeological Park, maka Ta Prohm bisa dikatakan candi yang unik. Untuk masuk ke kawasan Ta Prohm saja pengunjung harus berjalan sekira 400 meter.
Di tengah perjalanan, ada sekelompok pemain musik yang memainkan beberapa alat musik tradisional. Beberapa di antaranya ternyata menjadi korban ranjau pada masa perang saudara.
Jalan menuju pintu utama ini pada sisi kanan kirinya tumbuh rimbunan pohon. Rimbunan pohon itu pula yang membuat kawasan candi ini amat rindang. Kesan suram pada candi akibat lumut yang membalut pada hampir semua bagian candi. Dan runtuhan bangunan candi seakan menggenapi kesuraman Ta Prohm.
Selain itu, kesan eksotik langsung melekat meskipun pengunjung hanya disajikan reruntuhan candi di beberapa bagiannya. Apalagi tampak akar pohon membelit pada beberapa bagian candi lainnya.

Bersendal Jepit di Siem Reap (Part 3)

Jam 04:00 waktu Siem Reap.
Kalau aku tidak segera menyegarkan pikiranku, mungkin aku sudah melanjutkan tidur.
Mengantuk.
Libur - mestinya memang bisa bangun siang dan melupakan janjiku dengan supir tuktuk yang akan mengantarku ke Angkor Wat. Dan berganti jadwal esok harinya saja ke Angkor Wat. Inginnya hari ini, kamis 29 April bisa bangun siang dan berjalan kaki di seputaran kota.
"Ayo ah, disiplin waktu dan jadwal!", desakku berbisik.
Aku menyegerahkan mandi dan sholat shubuh, kemudian menuju lobi.
Sepi.
Pasti.
Untungnya ada penjaga hostel yang berjaga di lobi.
Ia mengetahui rencanaku pagi ini, dan segera menghubungi supir tuktuk, karena memang sudah lewat dari jadwal yang ditentukan.
Mungkin memang aku tak pahami bahasa mereka. Tapi, ku menangkap sebuah perdebatan di antara keduanya. Dan berakhir dengan....
"Anda pergi dengan Saya",
"Maksudnya?"
"Supir tuk-tuknya kesiangan. Kalau Anda masih menunggunya, tidak akan dapat sunset. Mari saya hantar!".
"Menghantar dan menemani sehari penuh, kan, tapinya?", tanyaku.
"Iya!".
Tidak ada pilihan selain mengikuti ajakannya. Toh, waktu terus berjalan, aku juga tidak mau kehilangan banyak waktu menunggu supir tuktuk yang kesiangan.
Kalau di Jakarta aku terbiasa berangkat kantor sekira jam 04:30, maka tak beda saat aku berada di Siem Reap untuk berlibur. Bedanya, aku kini duduk manis di jok tuktuk di belakang supir yang bekerja. Sepi di jalan Siem Reap.

Wednesday, January 28, 2015

Bersendal Jepit di Siem Reap (Part 2)

Peta Kota Siem Reap
Selamat datang di Siem Reap.
Alhamdulillah, akhirnya aku tiba di Siem Reap, Kamboja.
Melunasi perjalanan yang sempat tertundah. 
Dan juga tidak menyangka jika untuk melakukan perjalanan ke Kamboja ini, aku hanya bermodal 400 ribu untuk sekali jalan, itu pun sudah dua kali naik pesawat.
Iya, sekira jam setengah tiga aku sudah menjejakkan kaki ku di Siem Reap. 
Telapak kaki ku kali ini beralaskan sendal jepit. Iyes, sendal jepit.
Aku memilih sesuatu di luar kebiasaanku, dan ku pikir bercelana pendek dengan model celana panjang yang ku potong sedengkul, plus sendal jepit adalah hal yang menyenangkan dalam perjalanan. Dan, itu aku tuntaskan keinginanku dalam perjalanan ke Siem Reap. Plus dengan bekal baju yang secukupnya. Sudah cukuplah beban hidup di bahu ku tanggung, tak lagi lah di dalam daypack membebaniku. Tsaaaaah
Selayaknya traveller macam banyak duit saja aku, ketibaanku di bandara sudah ditunggu supir tuk-tuk. Dan semacam aku banyak perlu, ku minta supir tuk-tuk untuk menungguku sejenak. Aku perlu bekali perjalanan ku dengan Sim card. 
Aku dapati counter sim card di pintu keluar bandara. Ada beberapa, sih, yang menawarkan dengan berbagai layanan. Aku pilih yang $5 untuk 5 hari, itu pun tanpa batas.

Bersendal Jepit di Siem Reap (Part 1)

Mencari Pesan dari Siem Reap
Jam 10:30 aku sudah berada di ruang tunggu keberangkatan menuju Siem Reap. Ini berarti masih ada waktu tiga jam lagi sebelum pesaswat berikutnya ke Siem Reap akan take off - jam 13:20.
Tiga jam lagi.
Entah apa yang bisa aku lakukan di bandara KLIA2. Padahal sejak landing tadi aku sudah sebisa mungkin untuk mengulur waktu agar tidak terlalu lama berada di ruang tunggu keberangkatan.
Aku pun mencoba untuk menghitung jatah penggunaan password wifi yang hanya berlaku tiga jam. Iya, asal ada sumber listrik dan jaringan wifi sepertinya aku akan tenang dan bebas menyendiri di ruang tunggu. Tapi, lepas clear immigration aku dah separuh jalan berada di bandara ini - sekedar mengulur-ulur waktu.
Aku pun sudah mencari tahu di mana letak hotel kapsul.
Sengaja mencari itu, karena jedah saat aku pulang dari Siem Reap ke Jakarta nanti itu beda 10 jam. Satu-satunya jalan adalah aku bisa luruskan pinggang dan tidur di hotel jam-jam an. Agak lucu memang, kenapa juga mesti harus tidur di hotel dengan bajet yang ku pikir sayang banget - mahal.
Tapi, tidak semahal jika aku memilih mencari penerbangan lain yang tidak seberapa jauh jedahnya dengan penerbangan pertama dari Siem Reap ke Jakarta via Kuala Lumpur.
Sudahlah, aku sudah tidak ingin berkompromi dengan tiket yang sudah ku beli selang waktu yang lama. Sudah saatnya untuk eksekusi perjalanan ke Siem Reap. Mengulang rencana yang sempat tertunda.