Wednesday, January 28, 2015

Bersendal Jepit di Siem Reap (Part 1)

Mencari Pesan dari Siem Reap
Jam 10:30 aku sudah berada di ruang tunggu keberangkatan menuju Siem Reap. Ini berarti masih ada waktu tiga jam lagi sebelum pesaswat berikutnya ke Siem Reap akan take off - jam 13:20.
Tiga jam lagi.
Entah apa yang bisa aku lakukan di bandara KLIA2. Padahal sejak landing tadi aku sudah sebisa mungkin untuk mengulur waktu agar tidak terlalu lama berada di ruang tunggu keberangkatan.
Aku pun mencoba untuk menghitung jatah penggunaan password wifi yang hanya berlaku tiga jam. Iya, asal ada sumber listrik dan jaringan wifi sepertinya aku akan tenang dan bebas menyendiri di ruang tunggu. Tapi, lepas clear immigration aku dah separuh jalan berada di bandara ini - sekedar mengulur-ulur waktu.
Aku pun sudah mencari tahu di mana letak hotel kapsul.
Sengaja mencari itu, karena jedah saat aku pulang dari Siem Reap ke Jakarta nanti itu beda 10 jam. Satu-satunya jalan adalah aku bisa luruskan pinggang dan tidur di hotel jam-jam an. Agak lucu memang, kenapa juga mesti harus tidur di hotel dengan bajet yang ku pikir sayang banget - mahal.
Tapi, tidak semahal jika aku memilih mencari penerbangan lain yang tidak seberapa jauh jedahnya dengan penerbangan pertama dari Siem Reap ke Jakarta via Kuala Lumpur.
Sudahlah, aku sudah tidak ingin berkompromi dengan tiket yang sudah ku beli selang waktu yang lama. Sudah saatnya untuk eksekusi perjalanan ke Siem Reap. Mengulang rencana yang sempat tertunda.
Iya, semestinya aku bisa berangkat ke Siem Reap awal tahun lalu. Tapi, ku undur.
Kala itu tiket pulang mahal sekali. Padahal aku sudah membeli tiket untuk berangkat - just one way. Hingga pada akhirnya aku ikhlas kan tiket itu hangus. Tidak seberapa memang harganya - sekira... yaaaa... sudahlah, ku cukup untuk tidak mengingatnya lagi.
Bekal Nasi dari Emak
Lagipula itu sudah menjadi resiko pemburu tiket. Kalau masih dapat tiket murah untuk pulang, ya, perjalanan dilanjutkan. Kalau pun tidak yah jangan lanjut. Karena jika dilanjutkan pun, maka bajet yang diperlukan akan membengkak.
Dan awal tahun itu pun aku memilih menemani emakku ke Bali.
Dan kini di ruang tunggu ini, aku mengulang misi pergi yang batal tahun lalu.
Perlu diketahui tiket perjalananku untuk empat kali naik pesawat adalah 1,3 juta rupiah dengan Air Asia. Dari CGK - KUL - REP - KUL - CGK. Sudah?
Mencoba Bersendal Jepit ke luar negeri
Sisa riset tahun lalu masih aku simpan, dan aku baca baca sedikit. Cukup lah berada di luar kepala, kemana langkah ku akan menuju saat di Siem Reap. Utamanya adalah Angkor Wat, kan?
Sisa jadwal lainnya, aku pilih untuk menghabiskan waktu berjalan kaki menyusuri kota. Kemudian ke Perkampungan Muslim, menjadi agendaku saat aku di Siem Reap.
Aku hanya sediakan waktu 4 hari 3 malam dalam perjalanan ku ke Siem Reap. Rabu tanggal 28 Januari berangkat dan kembali ke Tanah Air tanggal 31 Januari. Hanya dua hari full berada di Siem Reap, sisa waktu dihabiskan dalam perjalanan. Perjalanan singkat yang ku anggap sebagai flashpacker. Cutiku tak banyak, maka perlu ku kalkulasi penggunaannya untuk trip berikutnya. Pun, bajet ku tak banyak. Ku bawa secukupnya, dan ku menuju ke objek wisata yang perlu ku lihat.
Dan sambil menunggu penerbangan berikutnya, aku coba menghabiskan bekal yang emakku siapkan untuk perjalananku kali ini. Aku dapat bekal dua nasi bungkus dengan 4 potong ayam dan telur dadar - cukup dimakan secara berseri empat kali.
Ini berarti kali kedua emakku membekali aku nasi bungkus. Sebelumnya saat perjalanan Singapura - Malaysia - Thailand juga dengan menu yang sama - pada bulan November 2014.
Untuk makan, aku ambil posisi menghadap tembok.
Dokumen Masuk ke Kamboja
Bukannya aku jadi rendah diri dengan bekal yang aku bawa. Aku hanya tidak ingin berbagi dengan yang lain. Nasi bungkus ini cukup mahal harganya dibanding dengan makanan yang tersedia di bandara. Dan aku cukup lahap menyantapnya. Seakan tidak peduli dengan sekeliling aku santap makanan itu dengan khusuk.
Bergantian aku santap dengan bergantian pula aku perbaharui status di facebook. "Masih banyak jatah ku untuk berseluncur di dunia maya", bisikku.
Nasi bungkus itu belum juga habis.
Kupalingkan pandanganku ke arah lain. Calon penumpang perlahan sudah menyesaki ruang tunggu. Aku telah mengambil jatah kursi mereka. Jatah kursi ku sebenarnya bukan di ruang ini, tapi di ruang lain. Tapi, aku memilih ruang tunggu paling sudut.
Pilihanku karena cukup sepi. Iya, cukup sepi. Meski pada akhirnya aku kemudian beranjak. Menyudahi sarapan pagi dari emak, dan bergegas ke Gate 11. Pengeras suara sudah memanggil calon penumpang ke Siem Reap, jika Gate 11 sudah dibuka.
Aku kemas kembali nasi yang tersisa dan siap aku santap jika perut kembali lapar.
Here I am ke Siem Reap.

No comments:

Post a Comment