Saturday, December 20, 2014

Stasiun Gambir Punya Shower Room

Shower & Locker Room Sta. Gambir
Tidak jarang untuk menghemat waktu tanpa harus kehilangan jam tidur, kita memilih melakukan perjalanan malam hari dengan kereta api. Sehingga pagi bisa tiba di tujuan kemudian langsung beraktivitas. Namun, tak jarang saat tiba di tujuan tersisa muka lesuh dan kusut (baca: muka bantal). Baju pun tidak kalah kusutnya. Mau tetap tidur lelap, tapi keluar stasiun penampilan amburadul.
Kondisi ini ternyata menjadi perhatian PT. KAI dengan menyediakan Shower Room.
Shower room ini berada di sisi selatan lantai 2 Stasiun Gambir. Dan baru beroperasi satu bulan lalu.

Sunday, November 30, 2014

Tips Menjadi Solotraveller

  • Tentukan tujuan.  
  • Baca catatan perjalanan pendahulu. Tandai sekira dapat dilampaui dan cari kemungkinannya. Buka komunikasi dengan pendahulu yang sudah buka jalur.
  • Riset, riset, riset, dan kemudian riset lagi. Termasuk jalur transportasi, sistem transportasi, biaya, dan juga kebiasaan warga lokal.
  • Atur jadwal dan rute. Pastikan dapat memperhitungkan kemampuan fisik dan juga bajet.
  • Minimalisir penggunaan uang cash dengan menggantinya secara online. Mis; hotel, tour, dan bus. Tentukan sejak dini pilihan hotel untuk hemat waktu tiba di lokasi.
  • Beli asuransi perjalanan. Pastikan jaminan pemulangan jenasah dan kecelakaan ada dalam klausul. Asuransi tidak cukup murah, tapi bergunan untuk antisipasi kemungkinan. Infokan kepada keluarga asuransi dan polis. Termasuk kontak person dan ahli waris.
  • Buat kopi jadwal, rute, tujuan, alamat hotel di lokasi tujuan kepada keluarga.
  • Aktifkan GPS - update posisi terakhir via sosmed. Jangan anggap ini merepotkan atau sekedar pamer. Setiap pergerakan adalah resiko bagi yang melakukan perjalanan seorang diri.
Have a great trip!

Wednesday, November 26, 2014

Itineraire 6D/5N Trip Thailand Utara

Tembok Kota Tua C. Mai
19 Nov 2014    First flight CGK to Don Mueang - Bangkok by Air Asia
                         Next Fligth after from Don Mueang - Bangkok to Chiang Mai by Nok Air
                         Next grab a taxi to Buddy Guest House
                         First Day in Chiang Mai

Greenbus ke Chiang Rai
20 Nov 2014    Open Tour Golden Triangle by Local Operator; White Temple, Done Sai, Golden Triangle, Karen Neck Tribe, Mae Sai border

21 Nov 2014    Having full day trip by local transportation in Chiang Mai; Three Kings Monumen, Chit Chat with Monks in Wat Chiedi Luang, Doi Suthep Temple, Lanna Folklife Museum. 
Clock Tower C. Rai

22 Nov 2014    Having full day trip by local transportation in Chiang Mai; Monk Village, Bhubing Palace, Baan Tong Luang Village.

Maskapai Lokal Nok Air
23 Nov 2014    Heading to Chiang Rai by GreenBus - online reservation 
                         Check In Chiang Rai Hotel 
                         Next to Mae Sai border to Tachileik Myanmar (free visa) - 3 hours short trip; Swhedagon Pagoda. 
                         Having a half day trip in Chiang Rai

24 Nov 2014    Heading to Bangkok by Nok Air 
                         Next to Jakarta by Air Asia

Sunday, November 23, 2014

Menembus Perbatasan Tachileik - Myanmar (Part 3)

Friendship Bridge Thailand
Belum juga beranjak sore aku sudah kembali mengantri di perbatasan. Kembali ke Thailand via Tachileik di Myanmar ke Chiang Rai di Thailand. Yah, melintasi perbatasan via darat menjadi pengalaman pertamaku semenjak melakukan perjalanan seorang diri beberapa tahun silam.
Pernah memang saat melintasi perbatasan Singapura ke Malaysia via Johor Bahru. Tapi, kala itu menjadi pengalaman yang menyenangkan untuk pertama kalinya. Duduk di dalam sebuah sedan, dan hanya menyodorkan paspor di drive through immigration. Iya, duduk di dalam sebuah sedang milik seorang teman yang baru ku kenal kurang dari satu jam. Perkenalan yang kemudian menjadi persahabatan hingga sekarang.
Dan, kini kembali aku melintasi perbatasan via darat, berjalan kaki.
Semestinya memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan, apalagi menjadi paranoid. Tapi, entah tetap saja ada rasa khawatir yang jelas-jelas tidak beralasan.
Stempel tanda keluar dari Myanmar telah aku peroleh, tapi petugas minta aku ke kantor polisi Myanmar untuk lapor diri. Letaknya sendiri hanya berseberangan dengan kantor imigrasi. Dan tak banyak ucap saat berada di kantor polisi. Aku hanya mengatakan kalau aku diminta untuk melapor.

Menembus Perbatasan Tachileik - Myanmar (Part 2)

Depan boarder - RB
Di terminal hanya ada 2 kendaraan menuju Mae Sai, kota terluar Thailand dekat perbatasan Myanmar. Yaitu, minivan milik perusahaan Greenbus dengan 15 penumpang berpenyejuk ruangan. Tarif 60 baht dan dapat dibayar langsung ke sopir. Minivan ke Mae Sai ini berangkat 30 menit sekali dengan satu setengah jam durasi perjalanan. Minivan ini juga bisa menaikturunkan penumpang di sembarang lokasi, tergantung ketersediaan tempat duduk.
Ada juga bus tiga perempat semacam Kopaja di Jakarta berkipas angin. Tapi, rasanya percuma ada kipas angin, karena jendela pun terbuka penuh. Belum lagi angin dari pintu depan dan pintu belakang. Tarifnya 39 baht bisa di bayar di atas ke kondektur. Karena tarifnya beda tipis aku pilih minivan, dan singgasana samping sopir jadi pilihan. Pertimbangannya, aku bisa melihat lebih luas sisi kanan dan kiri tanpa penghalang.
Baik minivan maupun bus akan berhenti di Terminal Mae Sai.
Mungkin memang tipikal terminal di Thailand, atau setidaknya terminal di Chiang Mai dan Chiang Mai, maka sama sepinya dengan terminal di Mae Sai. Hanya ada beberapa bus, ojek dan juga Songtheaw.

Menembus Perbatasan Tachileik - Myanmar (Part 1)

Clock Tower Chiang Rai 
Greenbus yang aku tumpangi dari Chiang Mai tiba setengah jam dari waktu  yang diperkirakan. Tapi, perhentian bus ini di luar perkirakaanku. Ku pikir, bus akan berhenti di terminal di tengah kota. Nyatanya, aku masih harus menumpang Songtheaw warna biru untuk ke terminal berikutnya.
Ada data yang terlewatkan saat risetku sebelum perjalanan. Karena ada dua terminal bus di Chiang Rai. Terminal Station 1 letaknya di pusat kota - melayani jarak dekat. Sementara, Terminal Station 2 letaknya jauh dari pusat kota - melayani jarak jauh. Namun, sebagai penghubung kedua terminal tersebut ada Songthaew warna biru yang siap mengantar penumpang ke dan dari masing - masing terminal. Tarif antar terminal 15 baht, dengan frekuensi kedatangan tiap 15 menit sekali.
Aku berusaha untuk tidak panik dan tetap percaya diri di tengah kondisi hilang info.
Aku tarik nafas dalam, menghirup udara Chiang Rai kali pertama dalam hidup. Meski di terminal, tak sedikitpun bau asap emisi kendaraan - cenderung segar. Mungkin, karena tidak banyak kendaraan kecil dan besar yang hilir mudik dengan frekuensi yang sering. Bahkan, ku menangkan kesan, terminal ini teramat sepi.

Friday, November 21, 2014

Whiskey Snake di Done Sao - Laos

Done Sao di wilayah Laos bisa menjadi tujuan wisata perbatasan. Letaknya berada di kawasan Golden Triangle dan dapat diakses melalui Provinsi Chiang Rai di Thailand. Dan umumnya berkunjung ke Done Sao sudah menjadi bagian dari paket wisata favorit yang dicari wisatawan mancanegara. Dan uniknya, wisatawan tidak perlu mengurus visa untuk berada di wilayah Laos ini. Semudah itu memang.
Untuk mencapai Done Sao wisatawan menggunakan perahu dari sisi Thailand. Perjalanan dengan perahu ini tidak langsung mengantar wisatawan menuju Done Sao. Melainkan akan menyisir sisi sungai Mekong. Dengan berperahu, pemandu wisata akan menjelaskan sejarah Golden Triangle. Termasuk didalamnya kisah keberadaan kasino, patung Budha dan No Mans Land (pulau tanpa pemilik).

Thursday, November 20, 2014

White Temple - Kuil Putih di Utara Thailand

White Temple/ Wat Rong Khun 
White Temple atau yang dikenal dengan Wat Rong Khun adalah kuil Budha yang terkenal di Chiang Rai, Thailand. Selain Clock Tower, maka bisa dikatakan White Temple adalah landmark lain di kota paling utara Thailand ini. Kuil ini dibangun pada tahun 1997. Bentuk bangunan didisain oleh Chalermchal Kositpipat, seorang seniman Thailand.
White Temple adalah kuil Budha yang kontemporer. Mengapa? Karena, pada umumnya bangunan kuil di Thailand berwarna dasar merah dengan ornamen berwarna emas. Namun, di tangan Chalermchai kuil ini didisain dengan balutan warna putih yang berkilauan. Warna putih ini berasal dari potongan kaca berukuran kecil yang ditempel pada bangunan kuil. Maka, tidaklah heran jika bangunan serba putih ini tampak mencolok dari kejauhan.
Begitu banyak bangunan simbolis di dalam komplek kuil. Di kanan dan kiri jalan masuk, terdapat gambaran neraka yang disimbolkan dengan patung tangan - tangan manusia yang menggapai ke atas. Sementara, kolam di dekat bangunan utama dengan air yang tenang dianggap sebagai simbol surga dan kehidupan.

Wednesday, November 5, 2014

Yuk, buat SIM Internasional

Salah satu cara memangkas biaya perjalanan saat berada di luar negeri adalah dengan menyewa kendaraan roda dua. Dengan roda dua, pergerakan ke destinasi wisata lebih mudah dijangkau dan praktis dari segi waktu. Dan yang tidak kalah pentingnya, kesan berpetualang lebih terasa jika berkendara dengan roda dua, motor.

Namun, meski pengawasan terhadap wisatawan yang berkendara motor minim, tidak ada salahnya untuk menyiapkan diri dengan memiliki SIM Internasional.
Seperti ini caranya:
1. Siapkan paspor, SIM Indonesia yang masih berlaku. KTP, Tiga lembar foto 4x6 latar belakang biru, dan 1 lembar materai. Siapkan juga foto copy paspor, SIM, dan KTP.
2. Datang langsung (tidak bisa diwakilkan) ke Korlantas Polri bid Redigent Subbid Pengemudi Bagian pelayanan SIM Internasional di Jalan Letjen MT. Haryono Kav 37 - 38, Jakarta.
3. Ambil nomer antrian.

Sunday, October 19, 2014

Kemegahan Alam dari Tebing Karaton

Matahari belum juga berada di posisi tertingginya. Namun, beberapa pengunjung sudah mulai memadati ujung Tebing Karaton. Padahal, waktu yang tepat untuk berkunjung adalah jelang fajar dan jelang senja. Toh, meski demikian, tidak mengurangi gurat senyum pengunjung yang sudah siap dengan tongsis mereka - sekedar berselfie.
Anehnya, rasa takut sudah tidak lagi menciutkan nyali. Padahal posisi berdiri mereka adalah bersebelahan dengan jurang terjal ke arah Sungai Cikapundung. Mungkin, yang terpenting buat mereka adalah mendapat posisi paling oke. Kemudian foto langsung diunggah ke media sosial, semacam Instagram, Twitter, ataupun Facebook. Tebing Karaton merupakan wisata favorit baru yang ramai diperbincangkan di media sosial.
Tapi, buatku cukuplah sekedar duduk-duduk di atas batu sambil memandang terjalnya Tebing Karaton. Maklum, ujung tebing tersebut hanya dibatasi dengan tali tambang dan pagar bambu seadanya. Bukan, bukan aku takut.

Saturday, October 18, 2014

Senang Berada di Curug Cimahi

Dari gerbang depannya saja sudah meyakinkan kalau lokasi wisata ini tertata rapih. Ya, banyak orang yang kerap mengatakan kesan pertama itu meninggalkan kesan. Dan perumpanan itu memang benar, setidaknya saat aku berada di Curug Cimahi.
Dengan tiket sebesar sepuluh ribu rupiah aku masuk ke salah satu curug yang disebut-sebut sebagai salah satu curug tertinggi di Bandung dan juga curug paling favorit untuk dikunjungi - Curug Cimahi.
Curug dalam bahasa lokal berarti air terjun. Nama Cimahi diambil dari nama sungai yang mengalir di atas air terjun ini, yaitu sungai Cimahi yang berhulu di Situ Lembang dan mengalir melewati kota Cimahi.
Lokasi wisata ini sebenarnya sempat ditutup beberapa saat pascalongsor yang terjadi di lokasi wisata ini pada maret 2014. Baru kemudian beroperasi kembali juni 2014 beberapa hari setelah lebaran. Itu pun setelah mendapat rekomendasi dari pihak terkait kalau pergerakan tanah di lokasi ini sudah tidak beresiko, dan bisa kembali dikunjungi. Makanya, selagi bersiap untuk kembali dikunjungi, lokasi wisata ini benar-benar berbenah dan mempercantik diri. Ini yang membuat aku langsung terkesan dengan rupa pintu gerbang Curug Cimahi.

Wednesday, September 24, 2014

Solotraveller yang Klaustrophobia

Foto Google
Berdasar informasi dari Wikipedia, Klaustrophia adalah sebuah gangguan kejiwaan ketakutan terhadap tempat-tempat sempit dan terjebak. Klaustrofobia umumnya dikategorikan sebagai kecemasan yang dapat menyebabkan serangangan kepanian yang tiba-tiba. Sekitar 5 - 7 % populasi dunia mengidap klaustrofobia. Aku di antara angka tersebut. Ya, aku seorang klaustrofobia
Sekira tiga tahun lalu aku memahami diri yang klaustrofobia. Bahkan pada mulanya aku tidak memahami gangguan ini. Sampai suatu ketika aku menumpang bus dari perjalanan kantor. Meski dalam posisi berdiri aku masih merasa nyaman. Sampai kemudian kepanikan itu datang karena perlahan jumlah penumpang bertambah. Aku terpojok, nyaris tak bisa bergerak, kemudian sulit bernafas. Aku panik.
Tak ada cara lain selain fokus dan mengontrol diri. Karena hanya ada aku. Jika pun ku berteriak, ku yakin semua penumpang menganggapku freak.

Monday, September 22, 2014

Lukisan Lontar dari Desa Tenganan

Lukisan Pulau Bali di Atas Daun Lontar
Melangkahkan kaki masuk ke Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, sudah ditemukan sejumlah warga yang menjual banyak kerajinan. Salah satunya adalah Komang.
Siang itu Komang masih harus menyelesaikan lukisan yang ia buat di atas daun lontar untuk ia jual. Ada beberapa goretan yang tersisa untuk menyempurnakan lukisan  yang telah ia mulai beberapa hari lalu. Lukisan untuk sebuah pembatas buku. Komang menjadi salah satu dari belasan warga desa yang masih menekuni kerajinan melukis di atas daun lontar. Tidak jauh dari lokasinya berseni, ada sejumlah warga lainnya yang berprofesi sama seperti Komang.
Aneka suvenir berupa kerajinan tangan memang dijual di desa ini. Sebut saja seruling bambu ukir khas Bali, dan kerajinan tenun gringsing yang terkenal itu, serta lukisan daun lontar.

Monday, September 8, 2014

Sehari di Kota Kambing - Guangzhou, Tiongkok

Kota Guangzhou di Provinsi Guangdong, Tiongkok, dapat ditempuh melalui perjalanan udara dari Jakarta selama 5 jam. Guangzhou ini adalah kota terbesar ketiga setelah Beijing dan Shanghai, dan merupakan kota bisnis yang paling maju. Juga dikenal sebagai kota budaya dan kota sejarah.
Dan sekiranya tidak punya banyak waktu berada di Guangzhou, maka tiga lokasi ini bisa jadi rekomendasi mencoba rute baru di Guangzhou:

Saturday, September 6, 2014

Itineraire Flashtrip 3 Negara 6D/5N

Deluxe Ascot Krabi Hotel
Hari Pertama - Singapura

CGK - Sing 09:45 - 12:40 
Tujuh jam menikmati fasilitas gratis di Changi

Sing - KUL 20:30 - 21:35 

Hari Kedua - Malaysia 

Full Day Trip Kuala Lumpur #SelfArrangement
  • Batu Cave
  • City Tour dengan GO KL City Bus - for free
Hari Ketiga - Malaysia + Thailand

KUL - KBV 16:25 - 16:30 

Monday, August 25, 2014

Jejak Muslim Indonesia di Laut Andaman

Masjid Darussalam di Koh Panyi, Thailand
Jam 1 siang adalah saat yang tepat untuk si pemakan segala ini mendapatkan asupan gizi yang lebih baik. Karena sedari pagi, aku hanya menenggak secangkir teh manis dan beberapa lembar biskuit. Bukan ku sedang diet, pun juga bukan tak cukup uang untuk beli sarapan. Tapi....ah sudahlah.
Itu sebab, saat Tien mengatakan program berikutnya adalah makan siang, mataku berbinar.
Perjalanan dengan long tail dari lokasi sebelumnya ke tempat makan siang, sekira 15 menit.
Dan sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan limestone di tengah laut andaman ini. Limestone ini begitu mendominasi. Beberapa terpisah satu sama lain, ada pula limestone yang saling berdekatan. Bahkan ada limestone yang berdiri tegak tanpa teman, kontras dengan warna hitam, kuning pucat, dan hijau. Pemandangan seperti ini kurang lebih pernah kudapati di Halong Bay, dan Hue Lue - keduanya di Vietnam. Di Indonesia pun, dapat dijumpai di Raja Ampat (Papua) dan Maros (Sulsel).
Namun, pandanganku teralihkan oleh warga kuning keemasan dari kejauhan.
"Masjid?", pekikku tertahan.

Cari Jodoh di James Bond Island

Rute Baru di Koh Tapu (James Bond Island)
James Bond Island adalah tur urutan dua yang paling dicari wisatawan yang berkunjung ke kawasan Laut Andaman dan sekitarnya, seperti Phuket, Krabi, dan Ao Nang. Letaknya di Provinsi Phang Nga - satu setengah jam berkendara dari Ao Nang, dan merupakan bagian dari Taman Wisata Bahari Ao Phang Nga.
Tarif tur sebesar 1000 baht dengan durasi perjalanan 8 jam. Mulai dari pukul 8:30 pagi hingga pukul 5 sore. Dan sama seperti tur kebanyakan, ini adalah open tur. Peserta digabung dengan peserta lainnya. Berangkat dari satu kota dengan minivan - bertemu dengan satu grup lainnya di sebuah titik pertemuan. Bersama kemudian berangkat ke tujuan wisata.
Bisa dibilang aku beruntung mendapatkan harga paket tur sebesar 1000 Baht. Padahal, harga awal yang ku dapat sebesar 1500 Baht. Banyak pertimbangan untuk ikut tur dengan tarif semahal itu. Hampir saja aku memilih berada di Ao Nang seharian penuh, jika gagal ikut tur ini. Tapi, aku ikut, tapi dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Sunday, August 24, 2014

Tujuh Jam Berteman dengan Phi Phi Island

Di Maya Bay
Masih setengah bernyawa, ku paksa badan beranjak dari tempat tidur.
Selain karena alarm yang membangunkan aku, dinginnya penyejuk ruangan juga paksa aku untuk.......
"Arrrrrgh aku masih ngantuk", bisikku pelan.
Kuraih ponsel di sisi kanan tempat tidurku.
Ku buka mata perlahan dan segera mematikan alarm, 5:30 pagi.
Aku mendengus, dan kemudian beringsut dari kasur menuju kamar mandi.
Wudhu, dilanjutkan sholat shubuh, untuk kemudian berlindung di balik selimut, melanjutkan tidur.
Masih ada sekira satu dua jam lagi untuk tidur, sebelum aku dijemput untuk tur hari ini ke Full Day Trip Phi Phi Island.
Dalam sekejap tur itu tak lagi menarik untukku. Cuma ingin tidur sebentar lagi.
Lagipula perlengkapan untuk seharian di laut sudah ku persiapkan sebelum tidur. Sehingga aku punya waktu leyeh-leyeh. Perlengkapan itu ku sesakkan semua ke dalam dry bag.
Oke, aku berusaha menggenapkan tidurku untuk beberapa jam ke depan. Tapi, yang ada justru menjadi gelisah.

Ao Nang - Krabi, Rute Baru ke PhiPhi Islands

Transportasi Lokal di Ao Nang
"Mengapa Krabi?"
"Krabi? Dimana, tuh?"
"Ngapain ke Krabi?"
Yah, begitulah pertanyaan yang terlontar dari teman-teman saat mereka tahu aku akan ke Krabi - Ao Nang tepatnya. Aku pun hanya menjawab kalau aku ingin ke Phi Phi Islands.
Beda dengan Phuket, Krabi memang kurang begitu populer. Bahkan bisa dibilang beyond of destination. Tapi, bagiku Krabi adalah pintu masuk ke Thailand dengan harga yang terjangkau. Plus pilihan penerbangan yang beragam.
Catatan berikut adalah ilustrasi alternatif, dan memang jika komitmen destinasinya adalah ke Phi Phi Islands.

Saturday, August 23, 2014

Selamat Datang di Ao Nang, Thailand

Bus Bandara Krabi
Sabtu, 23 Agustus aku telah tiba di Krabi, Thailand. Sudah 3 hari ku meninggalkan Indonesia - 21 Agustus. Sudah 3 negara kini tercatat dalam lembaran pasporku. Ya, Singapura, Malaysia, dan kini Thailand. Tak sedikit yang meragukan bagaimana aku bisa mengatur ketatnya jadwal perjalananku, apalagi jika harus menghitung tenaga yang terbuang tanpa bisa menikmati pada tiap lokasi yang ku kunjungi.
Well, ini bukan sekedar nikmat atau tidak nikmat di sebuah perjalanan. Tapi, lebih bagaimana memutuskan prioritas dan disiplin waktu. Mengalahkan perasaan, dan memenangkan logika. Ini flashtrip, dan buatku ini yang ku sebut petualangan - meski harus seorang diri.
16:40 pesawat Air Asia yang membawaku dari Kuala Lumpur tiba di Krabi International Airport. Ini adalah penerbangan terburuk yang ku alami. Turbulence nggak ada hentinya mengguncang lambung pesawat sejak take off hingga landing. Sungguh tidak menyenangkan, bahkan hampir saja aku mabuk udara. 
Bandara Krabi tidaklah luas. Sore itu pun hanya tiga pesawat yang parkir. Shuttle bus kemudian mendekati bibir tangga, penumpang tertib masuk ke shuttle yang selanjutnya menghantar ke terminal kedatangan. Pikirku jauh, nyatanya, hanya sekali gas, shuttle bus telah tiba. Ini sebenarnya pun cukup berjalan kaki saja.
Di dalam terminal kedatangan hanya berisi kami, penumpang yang baru saja mendarat. Saat akan clearence imigrasi pun tidak ada petugas yang stand by. Tutup.

Friday, August 22, 2014

GO KL, Cara Gratis Jelajah Kuala Lumpur

Rute Ungu GO KL
Duduk di dalam komuter dalam perjalanan kembali dari Batu Cave, aku membuka-buka peta wisata Kuala Lumpur. Aku mencari cara lain ke tengah kota tanpa harus kembali ke KL Sentral. Dan, jika aku temukan jalan lain ke tengah kota, berarti mentalku dan strategi mengatur waktu selangkah lebih maju, dengan tidak mengandalkan monorail.
Dengan waktu yang tidak banyak di Kuala Lumpur, maka pantaslah kiranya jika aku mengorbankan sedikit kenyamanan ku yang sudah ku dapati sejak pertama kali mendarat di KL.
Kembali aku menyusun, membongkar, kemudian merencanakan kembali rute perjalanan berikutnya setelah dari Batu Cave. Aku ingin ke Bukit Bintang. Aku ingin ke Petailing Street. Aku ingin ke sana dan aku pun ingin ke sini. Dan aku hanya punya waktu tersisa empat jam sebelum aku berubah, ups, sebelum matahari terbenam. Apa cukup waktu? Ini hari jumat dan biasanya macet, pikirku. Ya, mungkin saja macet, toh.
Dan sejurus berikutnya aku pun turun di Stasiun Bank Negara, mana lanjut kemudian ke....ke....dan ke..., ya, aku pun pada akhirnya belum menemukan kelanjutan perjalananku.

Adu Nyali di Batu Cave

Foto dengan Latar Patung Dewa Murugan
Mengejar waktu jelang tengah malam sehingga sudah berada di kamar itu adalah pekerjaan rumah sekali. Apalagi jika harus mengejar jadwal terakhir KLIA Ekspress, plus Monorail setibanya di KL Sentral. Secara dah hampir tengah malam. Singkatnya, aku butuh segera tidur. Tapi, aku sudah cukup siap untuk perjalananku pagi hingga siang ini ke Batu Cave, meski tidurku jauh dari kata cukup. Cukup untuk sekedar menghilangkan kantung mata. Oke, cukup ini berlebihan. Yuk, ke Batu Cave.
Batu Cave merupakan salah satu tujuan wisata cukup populer di Selangor. Berjarak sekitar 13 km dari Kuala Lumpur, atau dengan waktu tempuh hanya 45 menit. Dari tempat ku menginap di Sutan Ismail, ku menuju Monorail di Stasiun Tuan Medanku menuju KL Sentral. Kemudian perjalanan di lanjutkan dengan Kereta Komuter menuju Stasiun Akhir Batu Cave.
Jumat pagi itu, kondisi gerbong komuter sepi.

Thursday, August 21, 2014

Serba Gratis di Bandara Changi

Papan Penunjuk Arah di Changi Airport
Pesawat Tiger Air mendarat di Changi Airport jam 12:40. Sementara, pesawatku berikutnya ke Kuala Lumpur jam 20:40 dengan menggunakan Tiger Air. Sekira masih ada 7 jam waktu aku yang aku punya berada di Singapura. Pilihannya adalah half day tour atau berdiam di dalam bandara selama 7 jam.
Dan aku memilih yang kedua, ya, berdiam di bandara. Ini bukan tanpa alasan.
Skenario pertama adalah aku sudah siapkan janji bertemu dengan teman.
Namun, gagal, karena teman tetiba berhalangan hadir. Pilihan yang ku telah siapkan berikutnya hanya berdiam di bandara. Tidak sama sekali ke luar bandara. Pikirku, ini melatih diri yang introvert. Yang hanya perlu diri sendiri untuk bisa membuat nyaman. Menyiasati lingkungan menjadi benar-benar bermanfaat bagi suasana hati. Dan bagi pejalan sendiri, tentunya ini menantang.
Dan lagi, banyak ku dengar, jika Changi memiliki fasilitas yang memberi kenyamanan bagi siapapun yang berada di dalamnya. Sungguh?
Baik, ini yang aku rasakan selama menjadikan Changi Airport sebagai taman bermain.

Tuesday, July 8, 2014

Umroh Bergaya Flashpacking


Menanti antrian Haji hingga bertahun-tahun harus dihadapi umat Islam Indonesia. Namun, bagi mereka yang ingin menyegerahkan melihat Ka'bah bisa mengambil jalan pintas dengan Umroh. Lantaran ibadah Umroh dianggap lebih murah dan lebih singkat waktu. Namun, beribadah rukun Islam ke - 5, Haji tetap jadi keinginan.
Umumnya biro perjalanan menawarkan beberapa durasi dalam ibadah umroh, dari sembilan hingga duabelas hari. Namun, durasi paket perjalanan umroh yang ditawarkan biro perjalanan ini bisa diringkas. Lebih hemat waktu tanpa harus takut tidak dapat melengkapi rukun umroh dan wajib umroh. Mau coba?
Ini rute perjalanannya:

Saturday, May 31, 2014

Rumah Kos, Alternatif Akomodasi

D'Paragon - Malang
Hotel, hostel, guesthouse tingkatan akomodasi yang umum digunakan saat berlibur. Dari yang mahal hingga yang terjangkau - kalau tidak mau disebut murah. Ketiga akomodasi tersebut bisa saja digunakan dengan bajet yang cukup. Tapi, meski punya bajet cukup pun, terkadang memilih akomodasi pun tak penting mahal, asal nyaman untuk tidur.Pertanyaannya, adakah akomodasi yang terjangkau namun memiliki fasilitas yang cukup memberi kenyamanan? Hotel bintang satu sekalipun saat ini berkisar 250 ribu permalam. Hostel pun demikian, di kisaran 200 ribu permalam dengan fasilitas tanpa pendingin ruangan. Guesthouse di kisaran 150 ribu hanya dengan kipas angin. Beberapa memberi sarapan pagi, kamar mandi terpisah dan beberapa kekurangan lainnya. Singkat, ada harga ada fasilitas.

Tuesday, March 4, 2014

Sehari 50 Ribu Keliling Cirebon

Goa Sunyaragi
Hujan semalam masih menyisahkan jejak sabtu pagi ini.
Cukup deras hujan semalam, yang pada akhirnya memaksaku berada di kamar - di sebuah hotel tak jauh dari stasiun. Bahkan hujan - pikirku - akan mengancam rencana #OneDayTrip esok hari. Dan aku hanya bisa pasrah.
Tapi, untungnya Cirebon sabtu pagi ini cerah. Dan aku pun bersiap keliling kota dengan hanya berbekal limapuluh ribu rupiah. Yap, limapuluh ribu rupiah saja.
Sempat beberapa teman meragukan bajet yang ku keluarkan untuk perjalanan ini. Apalagi jika ku sebut nominal itu. Tapi, besaran bajet ini dimungkinkan dengan kebaikan pemuda Cirebon yang punya misi meningkatkan aspek pariwisata di Cirebon. Mereka menyebut diri mereka dengan Ojek Wisata.