Bus Bandara Krabi |
Well, ini bukan sekedar nikmat atau tidak nikmat di sebuah perjalanan. Tapi, lebih bagaimana memutuskan prioritas dan disiplin waktu. Mengalahkan perasaan, dan memenangkan logika. Ini flashtrip, dan buatku ini yang ku sebut petualangan - meski harus seorang diri.
16:40 pesawat Air Asia yang membawaku dari Kuala Lumpur tiba di Krabi International Airport. Ini adalah penerbangan terburuk yang ku alami. Turbulence nggak ada hentinya mengguncang lambung pesawat sejak take off hingga landing. Sungguh tidak menyenangkan, bahkan hampir saja aku mabuk udara.
Bandara Krabi tidaklah luas. Sore itu pun hanya tiga pesawat yang parkir. Shuttle bus kemudian mendekati bibir tangga, penumpang tertib masuk ke shuttle yang selanjutnya menghantar ke terminal kedatangan. Pikirku jauh, nyatanya, hanya sekali gas, shuttle bus telah tiba. Ini sebenarnya pun cukup berjalan kaki saja.
Di dalam terminal kedatangan hanya berisi kami, penumpang yang baru saja mendarat. Saat akan clearence imigrasi pun tidak ada petugas yang stand by. Tutup.
Selang beberapa menit kemudian ada seorang perempuan pegawai imigrasi yang bergegas buka bilik imigrasi. Aku langsung dilayani, karena aku berada paling depan.
Selang beberapa menit kemudian ada seorang perempuan pegawai imigrasi yang bergegas buka bilik imigrasi. Aku langsung dilayani, karena aku berada paling depan.
Bedroom Luas Banget |
Kemudian bergegas ke counter bus bandara. Karcis seharga 150 Baht.
Kernet mencatat tujuanku dan dimana aku tinggal sementara di Krabi. Aku bilang, tidak tinggal di Krabi. Hotelku di Ao Nang, sekira berjarak satu jam perjalanan dari Bandara. Kalau Krabi lokasinya lebih dekat dengan bandara.
Saat ku tanya kernet, kenapa menanyakan alamat sementara ku, ia menjawab kalau sopir bus bandara akan menghantarkan langsung ke depan hotel. Wow ini menyenangkan. Nggak perlu takut kesasar tentunya.
Ao Nang Saat Sore |
"Tolong foto in saya", ucapku ke pria yang belakangan ku ketahui bernama Adrian.
Sejurus kemudian Adrian terdiam, wajahnya tampak terkejut.
Bukan karena ia pernah bertemu denganku sebelumnya.
"Kamu bisa bahasa Itali?" tanya Adrian sambil meraih ponselku.
Aku mengangguk.
Tidak perlu banyak mengarahkan, Adrian tahu betul sudut pengambilan gambar yang benar.
"Oke, terima kasih", ucapku saat puas melihat hasil fotoku. Bagus.
Adrian kemudian mengenalkanku ke ayahnya yang seorang Itali.
Sore itu, aku mendapat teman baru.
Dan sepanjang perjalanan ke Ao Nang, kami berbicara banyak tentang aku, mereka, Italia, dan juga Bali.
Ayah Adrian pernah mengelola hotel di Nusa Dua. Ia pun kerap melakukan perjalanan di Indonesia. Ia tahu banyak tentang Indonesia. Bahkan, sebuah kalimat ia lontarkan terkait kondisi korupsi di Indonesia. Aku terdiam, seakan sepakat dengan yang diutarakannya.
Pilihan Paket Tur di Ao Nang |
My Life in Backpack |
Sementara, empat orang Perancis yang juga satu pesawat denganku, sesekali melihatku. Aku diam, dan mereka pun lebih memilih tidak banyak bicara.
Ini lantaran, saat berada di dalam shuttle bus mereka tidak mau bergeser.
"Kalian bisa bergeser, kan? Ini sempit", ucapku kala itu dalam bahasa Prancis.
Mereka menjawab tanpa kata. Cukup melihatku dan kemudian patuh pada perintahku.
Mereka telah ku taklukan. Senyum puas euy.
Perjalanan menuju Ao Nang tanpa hambatan, lancar.
Pemandangan yang disuguhkan pun sangat indah - Limestone di manapun.
Dan kemudian hujan.
View Lime Stone dari Balkon Kamar |
Tuhan, aku telah tiba di Thailand.
Dan aku pun telah tiba di depan Ascot Krabi Hotel di Ao Nang. Aku menginap untuk empat hari 3 malam.
"Hai, saya sudah pesan kamar untuk 4 hari via Agoda", ucapku seru
"O ya, selamat datang. Kamu sendiri?", tanya Jessica - petugas hotel.
Pertanyaannya aku jawab dengan senyum - mungkin ia heran dengan kesendirianku melakukan perjalanan jauh.
Setelah selesai urusan administrasi, aku minta bantuan Jessica untuk mengatur jadwal tur ku esok hari.
Setelah selesai urusan administrasi, aku minta bantuan Jessica untuk mengatur jadwal tur ku esok hari.
Welcome to Ao Nang |
Front Desk Ascot Krabi Hotel |
Minggu, pilihanku jatuh pada Phi Phi Island Full Day Tour.
Aku pun beranjak ke lantai 3. Tidak terlalu bersusah payah ke atas meski tanpa eskalator. Dan catatan pemesanan hotel untuk minta pemandangan limestone dari balkon kamar ternyata dipenuhi. Yihaaaaaaaa. Senang.
Kamar luas, tempat tidur pun luas plus AC dan Wifi, kamar mandi bersih dan luas. God, aku tetiba merasa menjadi orang kaya. Oke, cukup, ini berlebihan. Jam 10 malam, aku tidur.
No comments:
Post a Comment