Oke, aku sudah berada tepat di depan menara Tamin Sari. Sisi kiri
ku adalah ruko. Dan aku kembali bertanya-tanya, di manakah PM 2,
GuestHouse Crazy Backpacker? Jawaban mereka membuatku seperti
melakukan tawaf. Putar-putar dan kembali ke titik awal. Tersesat di
lokasi ruko. Oke!!! Sampai aku kemudian marah pada diri sendiri,
ngapain sih gw lakuin ini semua????
Cukup lama aku terduduk diam, tepat di anak tangga, sebelum akhirnya, seseorang memberi tahu lokasi guesthouse ku.
Guesthouse itu memang berada tepat di depan Taming Sari,
menghadap bahkan. Dan Guesthouse itu di luar bayanganku. Ruko yang
dimodifikasi menjadi tempat penginapan. Stres!!! Dan untuk ke
dalamnya, harus menekan bel, karena pintu pagar itu selalu dalam
kondisi terkunci.
Tidak berapa lama, pria yang aku perkirakan berdarah India itu turun, dan tersenyum, sambil menyebut namaku.
Yup, aku menggunakan jasa online, Agoda.com untuk tinggal selama
di Melaka 3 hari 2 malam dengan biaya 55 RM untuk single room, fan, n
shared bathroom. Semua beres. Sebenarnya ini kali pertama aku melakukan reservasi via internet untuk urusan traveling. N ternyata memudahkan ku.
Aku kemudian diantar ke kamar, terletak di lantai 2. Diam, tanpa banyak kata. Hanya sekat-sekat.
Lapaaaaaaar!!!!!
Sempat makan siang memang di Melaka Sentral dengan nasi lemak, tapi perjalanan berikutnya, menguras
kalori teramat banyak, hingga lapar kembali menyerang. Teringat,
ruko di belakang guesthouse, rumah makan Padang. Yihaaaaaaa
Ya ya ya ya, kenapa jauh-jauh ke Melaka, cuma makan nasi Padang?
Well, bukan cuma makanannya sih yang aku cari, tapi lebih ke suasana.
Setidaknya, meredahkan emosi dengan ngobrol bersama pemilik warung,
yang memang asal Bukittinggi.
Apa yang aku liat saat ini adalah benar-benar aku berada di
komunitasku. Ibaratnya, oase di tengah gurun pasir. Halah. Eits, tapi
beneran, rasanya damai banget bisa ngobrol dengan ibu pemilik
warung makan beserta suaminya. Dan aku yang mudah membuat cair
keadaan, langsung tercipta keakraban. Hey, ini keajaiban. Di saat
kondisi batin beneran drop akibat kelelahan fisik dan mental, aku
dipertemukan kembali dengan orang baik. Masih ingat, kan, dengan Asril?
Random friend dari Melaka? Nah, kondisinya seperti itulah.
Oke, sekarang, banyak tumpukan piring, dan deretan lauk pauk khas
padang. Dan yang paling membuat aku kaget adalah....wow, G, ada
jengkol,
dengan dua
olahan masakan. Masing-masing direndang dan di balado. Kalau yang
direndang itu, potongan jengkolnya besar, nah yang dibalado, dipotong
kecil-kecil. Kepikiran sih untuk menghajar keduanya, tapi kepikiran
lagi, bagaimana riwayatnya, kalau aku mau pee, repotlah. Singkat kata,
diskip lah tuh menu. Dan langsung mengambil nasi, yang ternyata, nasi
bisa diambil bebas, semaunya. Awalnya pelayan melayaniku, karena
ketidaktahuanku, dan pelayan itu langsung ambil nasi dengan porsi super
banyak. Well, helooooow, tampang ku memang kelaparan banget apa? 5 MYR
cukup murahlah untuk sekali makan, dah termasuk rendang. Yamiiiiie
Kelar makan, aku kemudian kembali ke kamar, janji akan makan kembali di warung itu. Lol
Sesuai jadwal yang aku buat, begitu tiba di Melaka, aku melipir ke
kawasan kota tua, terutama Christ Churh dan bangunan-bangunan lain di
sekitarnya. Pegal banget sih, tapi harus taat jadwal. Lagipula dengan
sisa waktu 4 jam jelang sore, aku masih bisa melakukan city tour yang
bisa menggemukan betisku. Widiiiih capek, tapi puas.
Meski aku #solotraveller, nggak berarti aku minus foto diri.
Berbekal tripod mini yang aku bawa dari Jakarta, tiap sudut kota tua
Melaka, ku jelajahi seorang diri. Timer pada kamera Canon pun teramat
membantuku, hey, minus orang lain untuk ku mintai tolong, sekedar
mengambil gambar. Mandiri.
Yah, nggak sekali dua kali sih, para turis melihat tingkah ku yang
cukup atraktif, dan asyik sendiri motret. Pasang tripod, pasang timer,
lari cepat-cepat dan kemudia bergaya. Kalau dirasa kurang pas, aku
kemudian mengulang- dan mengulangnya lagi, sampai dapat pose yang
paling pas dan oke ehem.
Sebenarnya ada permasalah mendasar setelah 2 hari dalam perjalanan
ini. Masalah komunikasi. Huh, mahal euy kalau aku harus terus
berlangganan dengan provider yang aku pakai dari Indonesia. Berputar
otak, untuk terus tetap irit, walau bagaimanapun, meski ketersediaan
uang mencukupi, aku tetap
perhitungan dengan pengeluaran, terutama komunikasi. Oleh sebab itu,
usai melakukan perjalanan pendek di kota tua, aku melipir ke sisi kanan
hostelku, yaitu kawasan kota modernnya Melaka, di mana terdapat beberapa pusat perbelanjaan, bahkan keduanya berhadapan.
Kalau aku hitung-hitung sih, ada 3. Gila yah? Dua di antara pusat perbelanjaan itu bahkan terhubung dengan jembatan.
Sebagai warga yang berpengalaman masuk pusat perbelanjaan, rasanya
sudah tidak canggung lagi lah, meski berada di pusat perbelanjaan di
luar negeri. Suasananya, kalau aku bisa katakan, bahkan nggak jauh beda
kok. Counter handphone, gerai makanan, baju, parfum, bahkan, baju-baju
kelas menengah
dengan harga terjangkau juga tersedia. Tapi, tujuanku sekarang justru
adalah mencari sim card untuk bekal hidup 4 hari ke depan.
Setelah banyak bertanya sana-sini, memang aku menjatuhkan
pilihanku. Sudahlah nggak mau ribet. Tapi kemudian aku diribetkan
dengan, bagaimana mengaktifkannya? Stress lah aku. Tukang handphone
ini bilang, tidak jauh dari lokasi berjualannya ada gerai yang akan
membantuku mengaktifkan simcard itu. Tapi, sesampainya di lokasi
tujuan, mereka mengatakan tidak bisa membantuku WTF. Selanjutnya,
mereka menyarankanku untuk pergi ke gerai khusus, dan itu lokasinya di
seberang pusat perbelanjaan ini.
Cuapeknya, tapi karena butuh, dan beneran perlu, aku paksakan untuk
jalan kaki lagi. Ke meja informasi dan mereka kemudian mengarahkanku
ke lantai 2. Entah, apa yang ada dibenakku, aku juga langsung
menanyakan, apakah di pusat perbelanjaan ini ada cineplex? Nyatanya
ada. Tersenyum lebarlah aku di tengah derita pegal kaki dan urat.
Butuh waktu untuk mengaktifkan layanan simcard itu, ah sudahlah,
nggak perlu cerewet. Nikmatin aja prosesnya. Dan saat simcard aktif,
berbahagialah aku yang teramat sangat.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Aku segera balik ke
hostel, tapi, aku sempatkan untuk makan lagi, dan kemudian beli minum
beberapa botol untuk persediaan di kamar.
Beruntung, untuk aktivitasi internet, aku nggak melulu mengandalkan
provider lokal, karena hostelku pun, menyediakan jaringan wifi.
Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment