Wednesday, January 9, 2013

Intip Kehidupan Nelayan Pesisir Selatan

Lebih karena tidak ingin lupa, detail hal yang gue lakukan di hari ke dua liburan ini, maka, malam ini kupaksakan untuk menulisnya.
Terbiasa bangun jam 5:30 di Jakarta, terbawa saat berada di pagi di Tarusan, Painan. Sepi, itu yang melekat. Berada lebih ke barat, maka gerak matahari juga lebih lama terang di titik ini. Yang ga berubah, hanya jam biologis.
Ok, setelah lelap tidur semalam, pagi, sesuai janji, gue sudah dijemput untuk keliling Painan seri ke-2, Tempat pelelangan ikan, dan batu kalang.
Di daerah nelayan kebanyakan, aktivitas warga di tempat pelelangan ikan ini pun biasa saja. Tapi, karena haus dengan suasana baru, apapun gue lahap. Dan, memang, lagi-lagi bisa menikmati suasananya. Seru.
Tidak lama kemudian, pindah ke lokasi lain, batu kalang.
Situs wisata alam ini letaknya tidak jauh dari pelelangan ikan. Cukup menyusuri tepian pantai, dan melalui jalan pintas desa nelayan, maka tibalah.
Painan, atau kota kecamatan Tarusan, sepertinya memang memiliki garis pantai yang teramat panjang. Selain memang lokasinya di pesisir selatan, kota ini juga kaya dengan keindahan alam lainnya.Dan batu-batu besar yang berserakan di tepian pantai, adalah paduan bukit dan pantai. Yup, batu-batu berukuran besar hingga yang kecil, dulunya karena longsoran dari bukit. Sebaran batunya panjang, menutup garis pantai. Dan di sisi lainnya, kehidupan nelayan juga bisa menjadi bonus wisata.
Tapi, sayang entrupsi air laut sudah sangat parah. Ini bisa dilihat dari tumbangnya sejumlah pohon kelapa, dan naiknya garis pantai. Di beberapa titik, dekat pemukiman warga nelayan, misalnya, sudah ada beton penahan entrupsi. Makin lama memang semakin tergerus.
Satu hal lagi yang bisa gue bagi adalah, sepertinya warga lokal sini, punya tradisi untuk memakamkan keluarganya di lereng bukit. Tidak hanya di sini saja. Saat menuju Painan dari Padang pun ada beberapa lokasi pemakaman yang berada di lereng bukit.
Dua lokasi rasanya memang kurang, apalagai ada tawaran untuk melihat situs lainnya. Tapi, karena keterbatasan waktu, gue pun harus segera menyudahi keberadaan gue di Tarusan. Sesi terakhir, pantai di depan desa.
Gue baru sekali ini melihat pulangnya para nelayan dari melaut. G, kagum cara mereka, para nelayan, menafkahi diri. Yang gue lihat sih, mereka tidak begitu gembira pagi itu, lantaran hasil tangkapannya tidak begitu banyak. Padahal sudah semalaman mereka berada di laut.
Pantai di titik ini, ternyata juga mengalami pergeseran yang besar. 15 tahun lalu, garis pantai jauh ke tengah, dan bisa dijadikan lapangan bola. Pulau kecil terdekatnya pun, tidak tampak garis putih pantai. Namun, kini, semua berubah.
Satu hal yang gue ga sukai, perpisahan. Tapi, harus tebal hati. Ada makna lain dari sebuah perjalanan. Kehangatan warga lokal yang menjadi bonus liburan ini. Ayam goreng balado, menggenapi gue di Tarusan, sebelum menuju Padang.

No comments:

Post a Comment