Friday, January 11, 2013

Setengah Hari di Padang


Lepas makan pagi, aku segera melakukan persiapan terakhir berkemas. Tidak ada bawaan berarti, kecuali pakaian kotor, dan segudang kenangan tentang Painan di hati dan pikiran, serta barang bukti di kamera digital.
10:30 Uda Inang, menghentikan mobil travel menuju Padang. Hanya aku penumpangnya. Berbeda dengan kali pertama menumpang mobil travel saat di bandara, kali ini aku jauh lebih rileks. Sesekali memejamkan mata, namun, lagi-lagi pemandangan Painan - Padang memaksaku untuk terus terjaga. Hanya aku dan 2 penumpang lainnya saat itu. Laju mobil juga tidak terlalu kencang. Jadi, aku benar-benar menikmati perjalanan. Padahal, aku tidak tahu titik balik ke Padang.Beberapa titik ku lupa. Hanya pada saat aku lihat papan penunjuk arah jalan padang painan, baru lah aku paham, jalur yang ku lalui kemarin.
Satu hal yang selalu aku tanyakan ke setiap orang, dan memang menjadi kebiasaanku adalah menanyakan waktu tempuh, dan bukan jarak tempuh. Kalau aku sudah mengetahuinya, berarti aku dah siap dengan alokasi waktu tidur.
Saat mobil turun bukit, dan kembali menyisir pesisir, aku hanya diam, tersenyum dalam hati. Tuhan, indah benar. 1,45 menit, aku tiba di Padang. Lagi-lagi, tanpa alamat jelas. Yang aku tahu nama jalan, di mana aku, pada hari pertama diturunkan dari bus damri, jalan imam bonjol. Yup, aku janji bertemu, sesepuh temanku di titik itu, jam 13:00.
Membunuh waktu, aku rebahkan tubuh di atas rumput lapangan kodam. Mungkin karena aku pakai baju merah, plus tas ransel, kontan aku jadi pusat perhatian. Ga nyaman sih, tapi, sudahlah, aku capek, dan butuh istirahat. Ransel ku jadikan bantal. Sambil dengerin musik, aku coba untuk tidur.
Setelah menunggu sekian lama, aku pun mengucap selamat datang pada kebosanan. Ngga ada cara lain, selain perlu ngobrol. Thanx for calling #nomention.
Berlibur mestinya memiliki jadwal yang bisa aturable, tapi tidak untukku. Tiga hari cuti plus 2 hari libur reguler, dengan total 5 hari justru membuatku perlu tegas mengalokasikan waktu. Hitung-hitungan jarak tempuh, waktu plesir di satu kota, harus tegas. Tapi, nyatanya, hari kedua, jadwal berantakan.
Jika tiba di Padang jam 1 siang, maka aku akan sempat mengunjungi Pantai Air Manis, 15 menit perjalanan, dan segera ke Batu Sangkar, dengan 2 jam perjalanan. Tapi, kenyataannya, aku menghabiskan waktu akhirnya dengan makan sate Padang, dan keliling sekitar Imam Bonjol, hingga berakhir di Masjid untuk Ashar. Baru kemudian jam 3, sepupuh temanku datang. Marah? Ga perlu lah. Segera bersiasat dan manuver. Tak ingin berlama-lama, aku pun menuju Pantai Air Manis.
Tawaran naik turun bukit dengan jalan berliku bisa jadi satu karakteristik Sumatra Barat. Setelah Painan, Pantai Air Manis pun seperti itu. Motor yang kami kendarai juga tak kuat di jalan menanjak.
Menuju pantai ini, telah banyak artikel yang merekomendasikan untuk dikunjungi. Ku pikir bagus, nyatanya? Kalau ada pilihan lain segera, maka ku pilih untuk menggunakan mesin waktu cabut dari lokasi ini. Kenapa? Baru masuk kawasan, sudah ditagih uang masuk. So ke lah, gak masalah, tapi, mintanya yang oke dong. Ngga mesti bergaya preman plus tanpa sobekan tiket. Belum lagi, uang parkir. G, ga banget. Dan semakin lengkap dengan kekecewaan, pantai yang super jorok. Ngga bersih! Oke, say sorry, kalo Pantai Air Manis dihapus dari kunjungan. Situs Malin Kundangnya pun, entah. Yang ada dipikiranku adalah segera pergi. KECEWA!!!
Next trip makan gulai kakap di Bunguis. 15 menit perjalanan. Jam 4, ah meragu, apakah sampai atau tidak. Menuju Bunguis, berarti, kembali menuju arah Painan. Ku pikir, itu adalah nama tempat makan. Pfuih, jauh sekali. Hanya ingin segera sampai. Karena tawaran berikutnya, aku akan diajak ke Situs Syech Burhanuddin, di Padang Pariaman. Mulai deh, aku hitung-hitungan waktu.
Dengan bonus ekstra monyet yang turun bukit dan pemeriksaan polantas, tiba di rumah makan dekat pelabuhan, n gulai kakap, habis. Huwaaaaaaaaaaa!!! *iris nadi
Intinya cuma bisa makan nasi padang. Jam 5, kami segera meluncur ke Padang Pariaman.

No comments:

Post a Comment