Wednesday, December 5, 2012

Misi tak Selesai ke Karst Maros

Karst Maros dari Sisi Luar. Photo: AD
Sepi. 
Hanya kami berdua, Aku dan Azlam dalam perjalanan kami selanjutnya. Ingat ucapan Daeng, untuk keluar dari Desa Berua hanya ada dua jalan, kembali menggunakan sampan, atau berjalan kaki hingga menemukan jalan beraspal. Jika kembali dengan sampan, maka aku jelas mendapatkan kenyamanan, karena hanya duduk dengan membayar sejumlah rupiah. Tapi, sampan yang membawa kami dari Desa ini ke dermaga pun harus menjadi pekerjaan rumah, lantaran harus memiliki nomer telepon genggam si pemilik sampan.
Namun, yang jelas aku tidak memilih jalan termudah dan ternyaman ini, aku memilih treking. Mulai dari keluar Desa Berua, sampai ke Kawasan Karst Maros. Melelahkan pastinya. Azlam mengatakan, jalur treknya cukup bersahabat, dan tidak ada resiko apapun, asal hati-hati.
Meski tidak cukup memberi bekal kepedean untuk menapaki jalur treking, setidaknya informasi dari Azlam cukuplah membuat aku bergeming sambil mengumpulkan serpihan semangat. Ngantuk, makan siang tadi terlalu lahap.
Setelah Sendal Gunung Putus
Merabas Pepohonan
Layaknya pengembara, kami berdua pun keluar dari Desa Berua dengan menapaki pematang sawah. Melompat dari satu pijakan ke pijakan lainnya. Merundukan kepala saat ada sulur-sulur pohon. Membungkuk saat harus melewati celah bebatuan. Memiringkan badan saat melintas disempitnya celah batu. Menenggelamkan telapak kaki hingga ke mata kaki di genangan lumpur. Sempurna untuk menikmati petualangan ini. Dan entah, aku tidak sedikitpun merasa takut, utamanya karena saat itu siang hari dan hanya kami berdua saja di sepanjang jalur treking ini. Aku justru menikmati tiap pijakan yang kujejakkan pada jalur ini. Beruntung aku memiliki accidental friend macam Azlam yang langsung connect, baik dari obrolan, dan minat.
Perjalanan memang belum cukup dekat ke titik tujuan kami. Masih perlu perjuangan untuk melompat dari sisi selokan ke sisi selokan lainnya, menyebrang dengan titian balok yang melintang. Dan kemudian mendapatkan pandangan seluas mata memandang. Aku rela menikmati perjalanan ini untuk tiga jam berikutnya, bisikku perlahan.
Jalur Treking
Azlam mengatakan, sesaat lagi, kami akan tiba di kawasan Karst Maros. Namun untuk memasuki kawasan itu, baiknya istirahat sejenak di dekat perkampungan warga. Aku mengangguk, tanda menyetujui sarannya.
Dari kejauhan aku sudah bisa melihat gugusan karst. Jadi ini? gumamku. Beberapa yang kulihat karst karst ini berada di tengah sawah, dekat dengan pemukiman warga, jauh dari 'induk'.
Selang selanjutnya, Azlam mengajakku masuk ke area ini.
Tanpa bayar retribusi, tanpa pemandu, tanpa pemetaan, kupastikan ini perjalanan yang beresiko.
Menembus Celah Batu
Sejurus kemudian, kedua kaki ku terbenam dalam lumpur sebatas betis. Keberanianku perlahan mengerucut. Dengan susah payah ku angkat kaki ku dari cengkraman lumpur, dan kemudian membiarkan menjerembabkannya lagi ke lumpur. Begitu seterusnya.
"Saat ini musim hujan, jadi memang ada genangan", ucap Azlam dari arah belakangku.
Pikiranku jelas mendua saat ini, terus bertahan menyusuri "jalan" ini dengan kondisi basah, atau mundur mencari selamat. Apalagi setelah kecelakaan sendal putus.
Aku menimbang-nimbang untuk meluluskan misi ini. Ya, ada kebanggaan jika aku bisa sukses menjelajah Karst Maros ini. Pastinya aku akan punya banyak cerita dan cerita ini akan ku pamerkan sepanjang hidup. Akan kuceritakan betapa indahnya Karst Maros di halaman blog-ku. Ku benamkan foto-foto terindah dari misi ini.
"Sepertinya, kita hentikan perjalanan ini, Bro!" ucapku.
Bukit Karst Jalur Treking. Photo: AD
Azlam yang berada di depan memimpin perjalanan masuk ke Kawasan Karst Maros ini segera menghentikan langkahnya dan berpaling ke arahku.
"Yakin?", tanya Azlam meminta ketegasan aku.
Aku menjawabnya dengan hanya mengangguk.
Ketakutanku beralasan.
1. Kami hanya berdua dengan track di genangi air, yang - bahkan kedalamannya saja aku nggak tahu.
2. Jalan dengan genangan air seperti ini hanya melambatkan ruang gerak, dan berimbas pada pemborosan waktu.
Genangan Air di Karst Maros. Photo: AD
3. Jika ada yang celaka di antara kami, maka akan beresiko. Suasana teramat sepi.
4. Jujur, aku tipikal yang berlama-lama jika berada di tempat yang memang aku suka. Tapi, kawasan ini memiliki luas yang teramat, sementara aku belum jelas menentukan prioritas yang aku lihat.
5. Tidak ada pemandu yang berlisense.
6. Tidak ada pemetaan kawasan.
7. Tidak ada tingkatan jelajah. Maksudnya, mungkin akan lebih mudah jika kita dibatasi dengan kemampuan berpetualang- seperti track untuk pemula, immediate, atau advance. Nah, masing-masing rute track tersebut akan diberi arah penunjuk.
8. Yup, tidak ada papan petunjuk.
Karst Maros. Photo: AD
9. Karena ini bukan Kawasan Wisata Resmi dari Pemprov Sulsel, maka jelas pengelolaan lahan kawasan ini terbengkalai. Itu sebab, fasilitas yang ku ingin tidak tersedia di tempat ini.
Yang perlu ditegaskan adalah keputusan untuk mundur dari misi ini lebih karena faktor keamanan saja, sih, utamanya karena track yang digenangi air. Lain hal, kalau misalkan track dalam kondisi kering. Aku masih bisa menjelajah kawasan ini, meski dengan keterbatasan jelajah.
Karst Maros. Photo: AD
Berbicara kawasan Kars memang cukup menarik. Selain memiliki keunikan tersendiri, bentukan dan bentang alam yang khas, plus, dengan keunikan flora serta faunanya, juga memiliki daya tarik tersendiri. Terbentang mulai dari Maros - Pangkep dengan total luas 45K Ha, kawasan Karst Maros (Tower Karst) atau lebih dikenal degan nama hutan batu ini dinobatkan sebagai yang terluas dan terindah ke dua di dunia setelah China. Hutan Batu ini merupakan World Heritage yang terbentuk dari pelarutan batu gamping yang terjadi ribuan tahun lalu.
Dan untuk sesaat ku menangkan akal sehat ku untuk urung menyelesaikan misi. Tetiba aku harus mengikhlaskan kekerasan hati untuk sekedar ego. Ya, yang ada dibenakku adalah aku bisa melihat lukisan tangan jaman purba, menjelajah goa, bersenang-senang dengan ragam flora dan keindahan batu hitam ini. Keselamatan lebih utama saat ini, tidak untuk dikatakan sebagai pengecut. Lebih karena akal sehat dan logika. Next, aku akan ke Karst Maros lagi.

No comments:

Post a Comment