Tidak berlebihan rasanya jika berada di Desa Berua ini menjadi saat yang melankolis untuk aku. Hahahah traveller yang mellow. Ah, sudahlah, wajar lah kalau aku merasa seperti ini.
Hampir empat hari, tubuh ini berada di dalam mobil dengan rute ratusan kilometer dari Makassar ke Toraja via pesisir barat Sulawesi. Kemudian dua hari penuh berada di Rantepao – Toraja menelusuri jejak makam kuno dan tradisi warga lokal. Tersasar di Batutumonga hingga puncak gunung dan nekat kembali ke Makassar via Palopo. Rute Makassar – Palopo ini yang sukses membuatku jackpot, akibat lintasan yang berkelok-kelok.
Dan sekarang aku sudah berada di Desa Berua, dengan posisi yang sama persis dengan foto yang diposting @NGTraveler
Jangan tanya kondisi jalannya seperti apa? Karena nantinya aku mengalaminya sendiri bersama Azlam. Ah, Azlam pasti telah terbiasa dengan rute trekking. Azlam dan beberapa teman kampusnya kerap berkunjung ke pemukiman warga Berua.
Daeng kemudian mengundang kami makan siang. Wew, antara mencoba bersikap santun dengan mengiyakan undangan makan siang, dan sungkan, karena aku tidak membawa sesuatu untuk mereka. Ah, tamu macam apa aku ini?
Sisa waktuku di Desa Berua ini, ku habiskan dengan foto-foto. Sementara dari kejauhan terdengar Azlam sedang bersama Daeng, membicarakan proyek kecil bersama teman-teman kampusnya.
Dan yang aku tahu, setelah lepas dahaga dan lapar, plus obrolan makan siang. Next adalah treking menuju Kawasan Karst Maros.
No comments:
Post a Comment