Dan bila Kete Kesu, Londa, serta Lemo masih berada di area terbuka, lain halnya dengan Kambira. Tempatnya terpencil, di sesaki pepohanan tinggi dan cenderung gelap. Beruntung masih ada Pak Ilham yang ku minta turun dan menemanikan, serta Reza - traveler yang ku temui di Panorama Buntu Pune. Ya, Reza dan temannya tiba di saat yang bersamaan denganku. Semaraknya seketika suasana Kambira.
Maksudku, jadi tidak terlalu sepi. Pun, kemudian ada warga lokal yang turun dan menghampiri kami. Ia beri penjelasan banyak.
Meski telah banyak informasi yang ku peroleh tentang Kambira, tapi informasi dari warga lokal tetap ku butuhkan. Pasti beda pemahaman dengan yang kubaca dan tuturan dari warga lokal.
Berbeda dengan kuburan sebelumnya yang diletakkan di dalam bukit dan goa, kuburan Kambira diletakkan di dalam pohon. Nama pohonnya Tara.
Pohon Tara yang mnejadi pekuburan ini memiliki diameter sekitar 80 - 100 meter. Dibuat lubang pada pohon untuk menguburkan bayi, yang kemudian ditutup dengan ijuk pohon enau. Upacara pemakaman dilakukan sederhana, dan bayi yang dikubur tanpa dibungkus. Bayi yang dikubur pun hanya bayi yang belum tumbuh gigi susu.
Pilihan pohon Tara sebagai pekuburan, karena pohon ini memiliki banyak getak yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Penempatan bayi sesuai dengan strata sosial masyarakat. Makin tinggi derajat sosial keluarga, maka makin tinggi letak bayi yag dikuburkan. Sementara, bayi itu pun diletakkan sesuai arah tempat tinggal keluarga yang berduka.
Untuk mencapai lokasi ini berada kurang lebih 20 km dari Rantepao, tepatnya di Kampung Kambira, kecamatan Sangalla.
No comments:
Post a Comment